NEWSVIDEO
Imlek di Klenteng Soetji Nurani Banjarmasin Tambah Wangi dengan Kambang Barenteng
Rentengan kembang yang terdiri dari melati, kenanga, mawar dan cempaka itu tampak digantung di guci-guci yang ada di hampir semua meja altarnya.
Penulis: Yayu Fathilal | Editor: Ernawati

Usai itu, dia membawa serangkaian uang kertas Cina berwarna kuning yang dibelinya seharga Rp 10 ribu dari pengurus kelenteng ke pagoda di halaman kelenteng.
Dia hendak membakar uang tersebut.
Setelah menyulutkan api ke uang itu, dia menaruhnya ke dalam pagoda lalu berdoa sambil menangkupkan kedua telapak tangannya lalu menggerak-gerakkannya ke atas dan ke bawah beberapa kali sembari berdoa.
“Ini tahun monyet api, harapan saya semuanya berjalan lancar saja. Jangan ada musibah apa pun,” katanya saat ditemui BPost Online.

Dia pun menaruh harapan dalam uang kertas yang dibakarnya itu.
Katanya, di uang kertas itu sudah tertulis berbagai doa dalam Bahasa Cina untuk mereka yang membakarnya.
“Saya nggak mengerti bahasanya, intinya sih doa-doa untuk tahun ini. Harapan saya, dengan membakar uang ini sebagai persembahan ke dewa, semoga segala keinginan saya dikabulkan, sampai ke dewa di kayangan,” demikian harapannya.
Senada dengan warga keturunan Tionghoa lainnya, Mela yang tampak khusyuk beribadah.

Dia berharap dengan melakukan semua ritual ibadah warisan nenek moyangnya ini, dia sekeluarga bakal dihindarkan dari masalah apa pun di tahun monyet api ini.
Di kelenteng ini, tak hanya ornament khas China yang memenuhi altarnya saat perayaan Imlek, namun juga ada kembang barenteng khas Banjar.
Rentengan kembang yang terdiri dari melati, kenanga, mawar dan cempaka itu tampak digantung di guci-guci yang ada di hampir semua meja altarnya.
