NEWSVIDEO

Imlek di Klenteng Soetji Nurani Banjarmasin Tambah Wangi dengan Kambang Barenteng

Rentengan kembang yang terdiri dari melati, kenanga, mawar dan cempaka itu tampak digantung di guci-guci yang ada di hampir semua meja altarnya.

Penulis: Yayu Fathilal | Editor: Ernawati

Bunga-bunga itu tampak segar, pertanda baru saja diletakkan.

Aroma wanginya tak terlalu tercium, kalah dengan semerbak wangi hio yang lebih mendominasi.

Walau begitu, pemandangan ini tampak unik karena menandakan sebuah perpaduan budaya peninggalan agama Hindu di masyarakat suku Banjar yang mendiami Kalimantan Selatan yang masih mengakar hingga sekarang dengan budaya Cina yang ada di kota ini.

Pengurus kelenteng ini, Tiono Husin, mengatakan kembang barenteng itu memang sengaja diletakkan di situ karena wanginya.

“Dalam kepercayaan orang Cina, dewa senang dengan yang serbawangi. Makanya ada adat membakar hio yang wangi, dengan harapan melalui asapnya itu, segala doa umat-Nya akan sampai ke kayangan dan dikabulkan. Demikian juga dengan penggunaan kembang barenteng. Itu memang tradisi orang Banjar, tetapi kami gunakan juga untuk memperindah kelenteng saat Imlek dan karena dia wangi, disukai dewa,” paparnya.

Soal tradisi membakar uang, katanya, diyakini uang-uang itu akan bisa digunakan orang-orang Cina yang membakarnya saat mereka hidup di surga kelak.

“Kami meyakini itu semacam tabungan untuk biaya hidup di akhirat nanti. Selain itu untuk persembahan saban Imlek ke dewa di kayangan dan Dewa Tanah di bumi,” tuturnya.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved