Setelah Bebas, Sandera Abu Sayyaf Buang Sial Langsung Nyebur ke Sungai

Suara iring-iringan mobil lambat laun semakin mendekat ke arah rumah Bayu Oktavianto, Anak Buah Kapal (ABK) Brahma 12 asal Dusun Miliran,

Editor: Ernawati
tribunjogja
Tiba di Rumah, Bayu Langsung Mandi di Sungai dan Sujud Syukur, Setelah Bebas dari Abu Sayyaf. Bayu Oktavianto tiba di desanya di Klaten langsung mandi di sungai belakang rumah, Selasa 3 Mei 2016 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KLATEN - Suara iring-iringan mobil lambat laun semakin mendekat ke arah rumah Bayu Oktavianto, Anak Buah Kapal (ABK) Brahma 12 asal Dusun Miliran, Desa Mendak, Delanggu, Selasa (3/5).

Namun beberapa meter mendekati rumah Bayu, rombongan tersebut tiba-tiba mengarah ke tempat lain.

Beberapa saat kemudian, rombongan berhenti di tepi sungai di belakang rumah Bayu. Tak lama, pintu sebuah minibus yang masuk dalam iringan terbuka.

Dari dalam kendaraan itu, Bayu serta merta menceburkan dirinya ke sungai yang cukup bersih itu. Dan byur, sesaat kemudian Bayu sudah basah kuyup.

Masih di tengah aliran sungai, Bayu terlihat menggosok-gosok badannya meski pakaiannya masih melekat.

Seolah-olah mandi, Bayu membasahi semua anggota tubuhnya termasuk kepala dan rambutnya.

Setelah dirasa cukup segar, Bayu beranjak dari sungai dan menuju rumahnya.

Bak selebriti, Bayu yang baru saja melewati masa penyanderaan itu dielu-elukan tetangga.

Tidak sedikit tetangganya terlihat dengan mata sembab, meski raut kelegaan menghiasi wajah.

Sesampainya di depan rumah, salah satu kerabat mengajak Bayu melakukan sujud syukur. Setelah tiga kali bersujud di depan rumah, Bayu segera masuk dan berganti pakaian.

Kepada awak media, Bayu menyampaikan apa yang dilakukannya merupakan wujud syukurnya bisa kembali ke rumah.

Selain itu, agar segala nasib sial yang menimpanya terlepas dan tidak terjadi lagi.

Ungkapan kebahagian bisa pulang ke rumah itu dilakukannya dengan cara tidak biasa lantaran ia telah mengalami tekanan mental dan batin selama masa penyanderaan.

Belum lagi masa penyanderaan yang lama, terhitung sejak 26 Maret, kapal yang ditumpanginya dibajak.

“Stres dan takut. Setiap hari melihat orang membawa senjata dan tangan diborgol, ada juga yang diikat,” kata Bayu.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved