Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin Minta Wali Kota Turut Bantu Anak Tanpa Anus

Meski ditanggung BPJS Kesehatan, namun dia perlu tambahan dana untuk pengobatannya. Tentunya instansi terkait harus memperhatikannya.

Penulis: Murhan | Editor: Elpianur Achmad
banjarmasinpost.co.id/murhan
Kondisi Balita tanpa anus bersama sang ibu 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin, Dedy Sophian minta agar pihak terkait tanggap atas apa yang dialami Apriliana (4), warga‎ Jalan Kelayan B Gang Cahaya Tatas No 27 RT 07 Kelurahan Kelayan Tengah Kecamatan Banjarmasin Selatan.

Anak itu punya kelainan yakni tak memiliki lubang anus dan kelamin. Selama empat tahun dia hidup dari lubang pembuangan buatan.

Meski ditanggung BPJS Kesehatan, namun dia perlu tambahan dana untuk pengobatannya. Tentunya instansi terkait harus memperhatikannya.

"Ini harus jadi perhatian pihak terkait seperti dinas kesehatan, termasuk wali kota agar membantu. Setidaknya memberikan solusi," kata politisi PKB ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, anak dari pasangan Berkati (27) dan Sri Wahyuni (23) memiliki kelainan di tubuhnya. Bocah cilik itu tak memiliki lubang anus dan lubang kelamin.

Selama empat tahun, dia hidup dengan saluran pembuangan buatan. ‎Apriliana nampak sudah biasa dengan alat bantu itu.

Dengan riang, ditemani sang ibu dia bermain sepeda di ruang tamu rumahnya yang cukup luas di gang kecil kawasan Kelayan B Banjarmasin itu.

Keluarga pasrah akan kondisi itu. Upaya untuk bisa menempuh penanganan medis agar bisa normal, sudah dicoba selama empat tahun terakhir. Namun, masalah biaya menjadi hambatan tindak medis selanjutnya untuk Apriliana.

Sebagaimana diungkapkan sang ibu, Sri Wahyuni kepada BPost kala itu. Dikatakannya, dia dan suami sudah pasrah akan apa yang dialami sang anak.

"Banyak usaha sudah dilakukan hingga kami pasrah untuk bisa melakukan upaya medis selanjutnya," kata Sri Wahyuni.

Sang ibu menceritakan kisah Apriliana sejak awal mengandung sang anak, lahiran hingga berusia empat tahun empat bulan.

"Anak saya ini lahir di Banjarmasin 8 April 2012. Saya melahirkan di RSUD Ulin Banjarmasin empat tahun lalu," kata Sri

Memang, saat proses melahirkan, usia kandungan belum sembilan bulan. "Jalan tujuh bulan saat itu usia kandungan, namun harus melahirkan," ujar sang ibu.

Saat lahir, Sri dan suami, sudah diberikan cobaan dengan kabar bayinya ada kelainan. Disebutkan dokter, sang bayi tidak memiliki lubang anus. Pagi harinya langsung dioperasi terkait kondisi itu.

"Setelah tiga hari, kami dipanggil dokter lagi dan diberitahu bahwa anak kami selain tidak memiliki lubang anus, juga tak ada lubang kelaminnya. Kami pun makin pasrah," ungkap Sri.

Kala itu, bayi yang mereka beri nama Apriliana (sesuai bulan lahirnya di April), harus berada di rumah sakit hingga satu bulan. Di dalam inkubator dan pengawasan penuh pihak rumah sakit.

‎"Operasi awal, sudah dibuatkan saluran pencernaan yang letaknya ada di perut. Selanjutnya menurut pihak dokter, penanganan medis hanya bisa dilakukan di rumah sakit di Surabaya," ceritanya.

Mengenai biaya rumah sakit di awal lahiran dan perawatan sang buah hati, masuk layanan kesehatan perusahaan sang suami di tempat kerjanya yang dulu. Namun rupanya dana tak bisa diklaim, hingga harus berutang Rp 14 Juta.

"Kami sampai jual motor untuk membayar, hingga pihak rumah sakit tahu keadaan kami, setelah dulu pernah sempat muncul di media juga. ‎Lalu utang itu beres," bebernya.

Selanjutnya, bagaimana operasi untuk Aprilia? Umur satu tahu, dikatakan sang ibu mereka berangkat ke Surabaya untuk operasi.

"Saat itu dibantu Yayasan Suaka Ananda, kami bisa berangkat ke Surabaya saat umur April satu tahun. Meski sampai di sana, belum bisa dioperasi, mengingat berat badan yang belum cukup enam kilogram," jelasnya.

Mereka pun pulang. Disebutkan gizi April perlu diperbaiki dengan asupan makan yang baik. Saat umur dua tahun, niat untuk kembali berangkat ke Surabaya urung terjadi, karena benturan biaya.

"Baru saat umur tiga tahun, kami punya kemampuan untuk kembali berangkat ke Surabaya. Ternyata saat pemeriksaan, ada masalah lagi, saluran pencernaan atau pembuangan dikatakan ke rendahan, kami bingung. Sementara untuk menunggu jadwal ulang, kelamaan, kami pulang lagi ke Banjarmasin," kata sang ibu.

‎Mereka pun berkoordinasi dengan pihak rumah sakit dan dokter di RSUD Ulin Banjarmasin. Awalnya tak berani untuk memindah saluran.

Setelah pihak dokter di Banjarmasin komunikasi dengan dokter di Surabaya, akhirnya pemindahan bisa di Banjarmasin.

Kini, umur Apriliana sudah empat tahun empat bulan. Keluarga berharap bisa melanjutkan penanganan medis untuknya agar bisa mempunyai lubang anus dan kelamin.

Benturan biaya jadi penghalang. Karena meski biaya medis medis di rumah sakit bisa digratiskan dengan BPJS, namun untuk pergi ke Surabaya perlu biaya-biaya.

"Konsultasi dengan dokter di sini, dokter dari Surabaya bisa didatangkan. Namun itu perlu biaya akomodasi buat dokternya. Cuma itu saja yang kami pikirkan dan harapkan uluran tangan dan bantuan buat kami, demi anak kami," ujar Sri. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved