Seputar Kaltim
Inilah Figur Pemimpin yang Dibutuhkan Kaltim ke Depan
Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan pemimpin berkarakter hijau, yang mampu mentransformasi ketergantungan ekonomi dari sektor ekstraktif ke ekonomi
BANJARMASINPOST.CO.ID, SAMARINDA - Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan pemimpin berkarakter hijau, yang mampu mentransformasi ketergantungan ekonomi dari sektor ekstraktif ke ekonomi produktif.
Ketergantungan terhadap sumberdaya alam telah membuat Kaltim menerima dampak yang paling buruk. Terutama ketika harga batubara dan migas anjlok, dan ditundanya transfer dana bagi hasil migas dan sumberdaya alam dari pusat kepada daerah.
Pertumbuhan Kaltim menjadi minus. Saat daerah-daerah lain masih positip, kinerja ekonomi Kaltim malah paling jeblok se-Kalimantan, bahkan pernah paling buncit se-Indonesia.
Demikian benang merah dalam dialog publik bertema "Membedah Persoalan Kaltim" di gedung Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unmul Samarinda, Selasa (11/10/2016).
Dialog yang dipandu Achmad Bintoro (Tribun Kaltim) itu menghadirkan empat narasumber.
Yakni Bernaulus Saragih PhD (Kepala Laboratorium Politik dan Sosial Ekonomi Fahutan Unmul, Dr Aji Sofyan Effendi (Kepala Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah Fekon Unmul), Dr Zulkarnaen (Faperta Unmul), dan Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Yusran Aspar yang juga salah satu kandidat calon gubernur Kaltim 2018.
Menurut Aji Sofyan Effendi, selama ini Kaltim terlena di zona nyaman.
"Kekayaan sumberdaya alam itu membuat kita selama ini, 12 tahun terakhir menjadi terlena. Kaltim belum mampu keluar dari zona itu, meski di atas kertas rencana transformasi ke ekonomi hijau itu sudah ada."
"Kita menjadi malas berkreasi dan berpikir secara out of the box dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Pemimpin Kaltim umumnya sudah merasa puas dengan pendapatan yang diperoleh dari bagi hasil dana migas dan sumberdaya alam. Padahal, mestinya Kaltim sudah harus mulai mengembangkan industri hilir. Jangan terus bertumpu pada ekspor bahan mentah.
"Batubara kita kirim mentah-mentah. Lihat itu setiap hari ponton-ponton batubara di Mahakam, dikirim ke Taiwan, China, Hongkong, Korea dan lainnya. Tapi kita lupakan pengembangan industri hilir," kata ahli fiskal dan keuangan daerah ini.
Ahli ekonomi lingkungan, Bernaulus Saragih, menuturkan siapa pun yang nanti akan menjadi gubernur dalam Pilgub Kaltim 2018, perlu memahami situasi Kaltim saat ini. Kaltim telah ihadapkan pada dua krisis terkait SDA.
Yakni krisis penurunan pendapatan dari SDA, dan kedua, krisis lingkungan sebagai dampak dari eksploitasi SDA yang telah membebani pengeluaran rumah tangga maupun pemerintah untuk jangka waktu yang panjang.
"Bagaimana kedua krisis ini dapat diterangkan, bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kaltim yang negatif tiga tahun terakhir. Begitu harga minyak dan batubara turun drastis mengakibatkan penerimaan daerah dari ekspor ikut anjlok. Sebab 76 persen ekonomi Kaltim ditopang oleh sektor migas dan tambang," jelas dosen di Fahutan Unmul ini.
Menurut dia, masih terbuka peluang bagi Kaltim untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dari SDA.
