Seputar Kaltim
Inilah Figur Pemimpin yang Dibutuhkan Kaltim ke Depan
Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan pemimpin berkarakter hijau, yang mampu mentransformasi ketergantungan ekonomi dari sektor ekstraktif ke ekonomi
"Asal pemimpin baru mau belajar dari kegagalan pemimpin sebelumnya, baik dalam divestasi saham, perjuangan menuntut perubahan UU Perimbangan Keuangan ke MK, perebutan saham di blok migas seperti Blok Mahakam."
Yang tidak kalah pentingnya, tambahnya, adalah membangun perusda (BUMD) yang tangguh dan profesional, sehingga mampu menjadi tulang punggung bagi pendapatan daerah.
"Dan sebaiknya jangan lagi mengobral izin (eksploitasi SDA) tanpa assesment terhadap manfaatnya bagi daerah."
Ia menjelaskan, tak ada jalan selain dengan menguatkan ekonomi hijau jika Kaltim ingin keluar dari permasalahan ekonominya.
"Jika daerah inginnya pertanian, maka sokonglah pertanian secara nyata. Berikan porsi dana yang memadai. Ekspoitasi harus distoplah. Anugerah sumber daya alam yang melimpah ini bukan berarti semuanya harus dieksploitasi. Harus ada kearifan lokal dan bertumpu pada masyarakat," kata Bernaulus.
Hal senada dikemukakan Zulkarnaen. Menurutnya, Kaltim memang jaya dengan kayu, minyak dan batubara. Tetapi, semua kekayaan sumberdaya alam itu tidak lantas membuat masyarakat Kaltim menjadi sejahtera. Bahkan sebaliknya, ekonomi menjadi minus.
"Melorotnya ekonomi Kaltim menjadi bukti bahwa saat ini pembangunan Kaltim terjebak dalam sistem ekonomi jangka pendek (migas dan batu bara), sehingga menimbulkan vacumnya pembangunan," tutur ahli ekonomi pertanian Unmul ini.
"Padahal, jika pemimpin Kaltim bisa mengarahkan, maka sektor pertanian bisa menjadi basis ekonomi Kaltim, tidak lagi pada migas dab batubara. Kaltim punya dua kutub ekpor internasional, Teluk Balikpapan dan Maloy, yang bisa menjadi wajah pelabuhan internasional. Ibaratkanlah industri pertanian di Buluminung jadi, kemudian packingnya nanti di Kariangau dan promosinya di BSB. Nah, pola-pola ini sebenarnya bisa menjadi masa depan Kaltim," tambahnya.
Yusran Aspar sepakat dengan ketiga pakar itu. Bahkan Ia mengaku sudah lebih dulu mengimplementasikan ekonomi hijau di wilayahnya, dengan mengembangkan pendapatan daerah berbasis pertanian, perikanan dan perkebunan.
Meski sebagai kabupaten baru dan dengan APBD yang kecil, cuma sekitar Rp 1,2 triliun, ia mengaku telah meraih banyak pencapaian dan terobosan dalam upaya menyejahterakan rakyatnya.
Semua infrastruktur diarahkan untuk mendukung basis tersebut.
"Kita bangun rumpon cerdas hingga apartemen ikan. Cukup lewat sms, nelayan bakal tahu di mana saja ikan sedang berada. Kebutuhan dasar juga terus kita penuhi. Meski APBD kecil, silakan cari, adakah desa di PPU yang tidak ada tiang listriknya. Bisa bandingkan dengan Kukar yang Rp 7,5 triliun," kata Yusran yang juga menjadi Ketua Partai Gerindra Kaltim ini. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/pilkada-kaltim_20161013_112909.jpg)