Jelang Tutup Tahun,Para Bankir Pilih Parkir Dana dalam Surat Berharga

Jelang tutup tahun, para bankir lebih menyukai memarkir dana dalam bentuk surat berharga ketimbang menyalurkan lewat kredit.

Editor: Elpianur Achmad
Antara
Ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Jelang tutup tahun, para bankir lebih menyukai memarkir dana dalam bentuk surat berharga ketimbang menyalurkan lewat kredit. Tengok saja, mayoritas bank besar menambah porsi surat berharga hingga akhir kuartal III tahun ini.

Mengutip laporan keuangan 10 bank besar, sebanyak delapan dari 10 bank penguasa pasar perbankan yang mencatatkan kenaikan surat berharga. Per September 2016, Bank Danamon mencatatkan kenaikan tertinggi di pos surat berharga.

Porsi surat berharga bank milik Temasek ini melonjak 111,58% menjadi Rp 26,30 triliun. Disusul Bank Central Asia (BCA) yang memarkir dana sebesar Rp 114,38 triliun atau bertambah 90,87% dari posisi Rp 59,92 triliun secara tahunan.

Sebagai perbandingan, penyaluran kredit BCA hanya tumbuh tipis 5,83% menjadi Rp 386,11 triliun per akhir September 2016. Sementara kredit Bank Danamon susut 8,99% menjadi Rp 121,60 triliun dari Rp 133,61 triliun.

Kondisi ekonomi yang masih tak menentu menjadi alasan bankir untuk tetap menyimpan likuiditas dalam instrumen surat berharga hingga akhir tahun ini.

“Penempatan dana di surat berharga karena bankir masih belum merasa nyaman untuk ekspansi kredit sampai akhir tahun,” ujar Kepala Subdivisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)  M. Doddy Arifianto kepada KONTAN, Rabu (9/11). Prediksi LPS, bank mulai mengurangi surat berharga pada pertengahan tahun 2017.

Risiko kredit

Hari Siaga, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan, pihaknya membeli surat berharga karena ada kelebihan likuiditas agar dana tidak menganggur. "Kami juga mempertimbangkan faktor risiko kredit,” ujar Hari.

Yang jelas, bank berencana menambah porsi surat berharga hingga 2017. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyatakan, OCBC NISP akan menambah surat berharga jangka pendek di 2017 karena pertumbuhan kredit masih akan rendah.

Sedikit berbeda, portofolio surat berharga Bank Mandiri justru susut. Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan dan Treasuri Bank Mandiri bilang, porsi surat berharga turun karena likuiditas mengetat.

Tahun depan, Bank Mandiri memperkirakan, pertumbuhan kredit membaik sehingga penempatan dana di surat berharga pun akan turun. (*)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Kreatif Pecahkan Masalah Teknis

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved