Veles, Pabrik Berita Hoax di Makedonia yang Berhasil Taklukan Amerika Sekaligus Raup Jutaan Dollar

Di era informatika ini, kita harus bisa menjadi pembaca yang cerdas. Hoax atau berita palsu telah tersebar dimana-mana sehingga

Editor: Eka Dinayanti
intisari online
Veles, surga bagi berita palsu, hoax, dan informasi yang menyesatkan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID – Di era informatika ini, kita harus bisa menjadi pembaca yang cerdas. Hoax atau berita palsu telah tersebar dimana-mana sehingga kita harus memilah mana yang benar dan mana yang salah. Akan tetapi jauh di Eropa muncul sebuah kota di jantung Makedonia yang tidak memperdulikan apakah mereka menyebarkan kebohongan dan kesesatan melalui berita.

Alasannya cukup sederhana, yakni meraup keuntungan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan penghasilan rata-rata warga Veles di angka Rp4,9 juta. Sebut saja Boris (18), artikel pertama yang ia publikasikan adalah berita Donald Trump menampar orang saat berkampanye di North Carolina karena tidak sependapat dengan Presiden baru AS tersebut.

Tentunya hal ini tidak benar-benar terjadi. Boris menemukan artikel tersebut di internet dan menggunakan konten tersebut untuk situs miliknya yang bernama Daily Interesting Things. Ia kemudian membagikannya melalui Facebook dan berhasil diteruskan oleh 800 orang.

Di bulan pertama yaitu Februari 2016, Boris menghasilkan uang sebesar Rp2 juta melalui Google ads di situsnya. Di waktu yang bersamaan ia meninggalkan sekolahnya dan menekuni dua situs berita yang digawanginya. Hasilnya cukup mengejutkan. Di antara bulan Agustus dan November, ia berhasil mendapatkan total sekitar Rp213 juta!

Pada minggu-minggu akhir pemilu AS, kota Veles mendapatkan sorotan dari Negara Adidaya tersebut karena menjadi “rumah” bagi pendukung Donald Trump. Bagaimana tidak, kota dengan populasi sekitar 57.000 penduduk ini mempunyai sekitar 100 situs yang mendukung Donald Trump.

Berisi banyak berita penyulut sensasi yang tidak diketahui kebenarannya, contohnya adalah kriminalisasi Hillary Clinton hingga Paus dari Vatikan yang memberikan dukungannya pada Trump.

Boris adalah nama samaran, ia menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. Ia pun tidak sendiri.

Pemuda jadi aktor utamanya

Goran, seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang mendapatkan uang dari situs sejenis juga berpendapat bahwa kisah-kisahnya dicintai oleh penduduk AS. “Siapa yang peduli bila cerita tersebut benar atau bohong?” tambahnya.

Ia mengaku bahwa kisah yang ditulis berupa berita salin tempel dari sumber lain kemudian diberi judul menarik. Kemudian Goran membayar Facebook untuk membagikannya ke pembaca AS yang lapar akan berita Trump. Setiap klik, menyukainya, dan membagikan kepada orang lain, maka Goran mendapat keuntungan.

Goran adalah nama samaran seorang pria yang baru saja bergabung di industri media daring penyebar hoax di Veles selama sebulan. Itu saja ia telah mendapatkan sekitar Rp25 juta.

“Anak muda di kota kami tidak peduli bagaimana cara AS melakukan pemilu. Mereka hanya puas karena menghasilkan uang sehingga bisa membeli pakaian mahal dan minuman,” pungkas Goran.

Di sisi lain jurnalis senior Ubavka Janevska cemas akan moralitas di Veles. Semejak pemilu AS, para penyebar hoax hanya memikirkan untuk mendapatkan uang cepat dari kebohongan.

Hoax, legal di Veles

Menurut seorang berumur 16 tahun yang mengelola BVANews.com, warga AS lebih memilih untuk membaca berita tentang Trump.

Sumber: Intisari Online
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved