Serambi Ummah
Jumat Berkah - Ternyata, Orangtua Juga bisa Durhaka Pada Anak, Lho Kok Bisa?
Orangtua harus selalu berlaku adil kepada anak. Namun adil yang ia maksudkan bukanlah harus sama. Melainkan memberikan anak sesuai kebutuhan mereka
Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Royan Naimi
Jangan sampai komunikasi anak dan orangtua sampai tersumbat. Selain itu orangtuapun menurutnya perlu lakukan evaluasi. Mereka harus menanyakan tentang bagaimana sikap mereka terhadap anak. Terlebih sebagai orangtua juga harus melakukan pengontrolan.
Baca: Hebatnya Metamorfosis Runner Up Puteri Indonesia 2006, Usia 31 Tahun Jadi Ketua DPRD!
“Orangtua itu layaknya pisau bermata dua , bisa mengevaluasi anaknya dan mengevaluasi dirinya sendiri. Apakah saya sudah berlaku adil kepada anak atau belum? Selain itu anak harus bisa mengemukakan pendapat. Sehingga ada keran demokrasi dalam keluarga,” tutur perempuan itu,
Ia juga menerangkan kalau orangtua harus bisa menjadi teman, sahabat dan guru bagi anak. Intinya mereka harus mengayomi dan memahami anak serta mengerti keluhan mereka. Jangan sampai anak malah lebih nyaman terhadap oranglain untuk bercerita.
Ia juga mengimbau ada baiknya orangtua menyadari fungsi mereka. Kemudian mulai memberikan pengertian kepada anak. Namun tak dipungkiri, menurut Masyitah, apabila tidak melalui sarana pendidikan maka hal itu akan sulit. Bakan orangtua pun juga harus menggali ilmu melalui gerakan PKK di kelurahan, kecamatan atau desa setempat.
Jangan Berprasangka Buruk
Ada anggapan ketidakadilan perlakuan terhadap anak kadang seringkali dirasakan oleh sejumlah anak. Namun hal itu dikatakan oleh PNS Kementerian Agama Kota Banjarmasin, Muhlidi Sulaiman hanyalah sebuah pemikiran negatif dari si anak.
Setiap perlakuan kepada anak itu bersifat relatif. Anak besar dan kecil berbeda cara mendidik dan memberikan kebutuhan terhadapnya.
Ia pun meyakini tidak ada orangtua yang tidak adil kepada anak. Namun cara pikir sang anak yang kerap kali negative thingking kepada orangtua hal itu menyebabkan adanya rasa terkucilkan atau dibedakan dari anak lainnya yang nampak seolah anak emas.
“Menurut saya tidak ada orangtua yang menganakemaskan anak. Anak saja yang kadang negative thingking kepada orangtua. Padahal tidak ada orangtua yang menganakemaskan, semua anak itu sama, tapi anak beranggapan orangtua tidak adil. Sehingg peran orangtua disini mereka harus lebih sering mengumpulkan anak,” ucap lelaki itu.
Baca: Istri Ketiga Ustadz Arifin Ilham Janda, Dua Ustadz Ini Juga Sempat Bikin Heboh Karena Berpoligami
Ia juga menerangkan hal itu bukan tentang keadilan orangtua, melainkan kurangnya waktu orangtua terhadap anak sehingga muncullah anggapan tersebut. Ditambah lagi kesibukan orangtua diluaran membuat mereka jarang bertemu dengan anak. Hal itu tentu saja menurut Muhlidi dapat menyebabkan kurangnya perhatian kepada anak.
Ia juga memberikan imbauan dimana menurutnya keluarga ideal dimana orangtua selallu memebrikankadar cinta yang sama rata kepada anak. Itu bisa dilalakukan menggunakan cara menambah waktu untuk berbincang dengan anak. Selain itu ada bainya ia menyarankan harus ada time orangtua dan anak untuk makan bersama. Sehingga nantinya kedua belah pihak bisa saling memahami.
“Kalau seandainya ada anak yang menganggap perhatian anak merasa kurang adil, maka perlu ada instropeksi orang tua, jangan sampai anak broken home,” terang Muhlidi.
Baca: HUT ke-72 TNI , Deddy Mizwar Pasang Foto Sikap Hormat, Netizen: Jenderal, Turunkan Tanganmu
Meski ia mengatakan tidak ada orangtua yang tidak adil dan memberikan cara agar tidak ada anggapan anak durhaka kepada orangtua, Muhlidi juga mengatakan memang ada orangtua yang durhaka kepada anak.
Dikutip dari cerita umar bin khatab, Muhlidi mengatakan tiga jenis orangtua yang bisa dikatakan durhaka kepada anak. Di antaranya, memberikan nama yang tidak baik, tidak memberikan pendidikan agama dan memberikan ibu yang tidak baik. (*)
(banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti)
