NEWS VIDEO
VIDEO: Semangat Murid Pinggiran Bersekolah Mengayuh Jukung: "Ma, Ulun Tulak Sakulah"
Mereka menjadikan minimnya infrastruktur sebagai kelebihan. Sebagai pelestari kearifan budaya sungai yang sesungguhnya.
Meski sebagian diantar orangtunya, semua yang sekolah di SDN Basirih 10 menggunakan kelotok.
Tak heran di dekat sekolahan itu berjajar rapi belasan kelotok yang menjadi transportasi para siswa dan guru.
Kepala SDN Basirih 10 Banjarmasin, Yuseri mengatakan lokasi sekolah yang dia pimpin sangat unik karena harus menggunakan transportasi air.
Kondisi tersebut justru menjadi penyemangat dirinya dan para guru serta siswa lain, sebagai generasi pelestari budaya sungai.
Yuseri pun menceritakan suka duka perjalanan menuju SDN Basirih 10 Banjarmasin, apalagi saat alam yang tidak bisa bersahabt, entah itu air dangkal atau hujan lebat tiba-tiba mengguyur mereka saat di Jalan.
“Kalau hujan itu menjadi kekhawatiran kamu, karena ketika sedang diatas kelotok, kemudian hujan mengguyur, habislah sudah dan kami tidak bisa apa-apa, akhirnya basah semua,” ceritanya.
Termasuk mengenai kegiatan belajar mengajar juga tidak bisa disamakan dengan sekolah lain.
Artinya, lebih terpengaruh dengan pasang surut air sungai. Jika tidak demikian, pihaknya dan para siswa bisa tidak pulang ke rumah.
Artinya, pada bulan-bulan tertentu jam belajar sangat singkat karena harus buru-buru pulang sebelum air surut. (BANJARMASINPOST.co.id/tim)