Pengusaha Sawit Kumpul di Bali, Ini yang Dibahas
Diikuti oleh seribuan peserta dari sejumlah negara, termasuk dari GAPKI Kalsel, gelaran Konferensi Sawit Internasional (IPOC) resmi dibuka
Penulis: R Hari Tri Widodo | Editor: Eka Dinayanti
Upaya membantu perkebunan rakyat, menurutnya, tidak harus dengan mengundang perkebunan besar masuk ke perkebunan rakyat.
Melainkan dapat dengan pola kemitraan.
Ia mengakui bahwa Indonesia menghasilkan banyak produk perkebunan. Selain sawit, karet, coklat, kelapa, rempah-rempah.
Tetapi, menurutnya, ada satu yang menarik bila dibandingkan antara kelapa sawit dengan perkebunan-perkebunan yang lain.
Yaitu, bahwa perkebunan kelapa sawit punya mekanisme yang sudah mulai berjalan untuk menghasilkan bibit baik dan kerja sama (partnership) antara perusahaan besar dan perkebunan rakyat.
Yang paling penting, menurutnya, karena pada dasarnya perkebunan kelapa sawit memang cukup berarti.
Jika tidak ada perkebunan besar, partnership tersebut tidak bisa. Mengingat perlunya kesediaan bibit yang bagus, pengelolaan perkebunan yang baik, dan sebagainya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya agar hambatan-hambatan dalam industri kelapa sawit dapat teratasi.
Termasuk dengan membantuk dan memperkuat asosiasi produsen CPO, dalam rangka peningkatan produktivitas
Adapun tiga harapan industri kelapa sawit, pertama menaruh harapan besar agar pemerintah Indonesia lebih banyak berperan dalam pengembangan dan kemajuan komoditas kelapa sawit.
Di samping potensi dan produktivitasnya yang jauh melebihi minyak nabati lainnya, perkebunan kelapa sawit terbukti memberi peran dan sumbangsih besar bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data dan perhitungan GAPKI, Jika untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dipenuhi oleh rapeseed dibutuhkan tambahan lahan 50,5 juta hektare.
Jika dipenuhi oleh bunga matahari membutuhkan tambahan lahan 70,4 juta hektar, soyabean butuh 96 juta hektar.
Tapi kalau dengan sawit hanya perlu 12,6 juta hektar. Bahkan kalau produktivitas sawit bisa meningkat rata2 8 juta ton CPO per hektare per tahun, hanya perlu penambahan lahan 6 juta hektare.
Industri kelapa sawit, menurut Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), menyampaikan tiga harapan yang dapat dilakukan pemerintah.


 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											