Berita Tanahlaut

Petani Telaga Tahan Gabah daripada Menjual karena Masalah Ini

Petani Desa Telaga, Kecamatan Pelaihari mengeluhkan harga beli gabah mereka yang rendah.

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/mukhtar wahid
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Suparno 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Petani Desa Telaga, Kecamatan Pelaihari mengeluhkan harga beli gabah mereka yang rendah.

Itu terungkap dalam temu wicara petani di lahan kebun percontohan milik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalsel, Senin (13/11/2017).

Mahyudi, Ketua Kelompok Tani Jakasuma di Desa Telaga yang mengangkat fakta bahwa di kalangan petani di Desa Telaga memilih menahan gabahnya di rumah daripada dilepas kepada para pembeli.

"Masa harga gabah dibeli Rp 50 ribu satu kaleng. Warga kami ingin pemerintah yang membeli gabah petani agar tidak terjebak harga para tengkulak," katanya.

Baca: Kawasan Kebun Percontohan Ditanami Varitas Jagung Unggul

Hasan, seorang petani di Desa Telaga mengaku di rumahnya bertumpuk sekitar 20 karung gabah benih lokal. Ia tidak menjual karena harga belinya rendah dan tak sepadan dengan biaya operasional.

Biaya operasional itu, maksudnya dari mulai menyemorot rumput, mengolah lahan, membeli benih padi, menanam padi, memberi pupuk dan obat membasmi hama penganggu tanaman serta panen.

"Andaikan gabah saya ini dibeli dengan harga tinggi, uang itu akan saya gunakan untuk membeli benih dan pakan ternak ikan lele," katanya.

Lahan pertanian padi yang dikelola Hasan, masuk dalam kawasan taman teknologi pertanian. Hasan belum menerapkan teknologi jajar legowo yang dapat dua hingga tiga kali panen.

Baca: Ternyata Palangkaraya Tidak Cocok untuk Padi Organik, Tanaman Jagung Jadi Alternatif

"Tanam satu kali saja sulit menjual gabah karena harga belinya rendah. Apalagi panen kami melimpah hingga dua atau tiga panen," katanya.

Keluhan petani di Kelompok Jakasuma itu langsung dibantah Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, H Suparno.

Menurut Suparno, tidak ada gabah yang tidak laku dibeli. Itu karena saat ini justru Pemerintah sangat memerlukan gabah petani, seperti Bulog dan Toko Tani.

Pemerintah Provinsi Kalsel melalui Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan justru sudah membagikan beras premium isi 5 kilogram secara gratis di seluruh Kalsel.

Suparno menduga jika petani kesulitan memasarkan gabahnya itu karena gabungan kelompok tani di Desa setempat kurang sehat. "Harusnya Gapoktan yang membeli gabah petani, kemudian dijual kepada Pemerintah," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved