Pedagang Lebih Suka Jual Beras Pabrikan daripada Beras Bulog, Ini Alasannya
Awal bulan Januari 2018 komoditas beras, khususnya beras yang didatangkan dari Pulau Jawa ke Kalimantan Selatan (Kalsel)
Rahman menyebut, membeli beras Bulog lalu memrosesnya dan selanjutnya kembali dijual memerlukan proses dan waktu yang panjang.
Itu sebabnya, dia lebih memilih menjual beras pabrikan Jawa dan langsung menjualnya.
"Repot banyak prosesnya, bisa jadi justru malah tidak menguntungkan. Apalagi kualitas beras di Bulog rata-rata di bawah beras Jawa, dan memang di Banjarmasin kurang peminatnya," ungkap Rahman.
Dijelaskan dia, walaupun saat ini penjualan beras Jawa menurun karena kenaikan harga, namun secara umum konsumsi beras Jawa masyarakat Kalsel secara umum cenderung meningkat.
Bahkan, jika dibandingkan beberapa tahun lalu, komposisi penjualan beras Jawa dibanding beras lokal Banjar di tokonya meningkat mencapai 40 banding 60.
Baca: Izin Perusahaan Tak Diperpanjang, Tokoh Masyarakat Cemas Pulau Sebuku Kembali ke Zaman Dulu
Sedangkan kata Sandi, pedagang beras lainnya di Pasar Kalindo, walaupun ada kenaikan harga beras Jawa, namun harga beras lokal tidak mengalami gejolak harga berarti.
Di kiosnya harga beras jenis Unus dijual Rp 170.000 per blek atau sekitar Rp 12.000 per kilogram, beras jenis Siam dijual Rp 150.000 per blek atau Rp 10.000 per kilogram, dan yang paling murah beras jenis Ganal dijual Rp 120.000 per blek atau sekitar Rp 9.000 per kilogram.
Beras jenis Unus Mayang menjadi jenis paling laku di kedai milik Sandi.
Dalam sehari rata-rata beras jenis itu terjual hingga 50 liter beras atau sekitar 40 kilogram.