Pada Masanya Beberapa Orkes Melayu Ini Menguasai Panggung Banua, Sekarang Kondisinya Seperti Ini
Di era tahun 1970-an hingga 1990, orkes melayu (OM) full Dangdut begitu menguasai panggung hiburan di tanah air, termasuk
Saudara dan anak-anaknya berkecimpung di musik seperti Rolly Iraan, Ani Purnama, Ria ariani, A Gani Samata.
"Adanya alat musik sendiri, bila ada acara keluarga, tidak menyewa lagi," katanya.
Sementara kata Mohadzir, pemilik Orkes Mozifa Banjarmasin awal Januari 2017 sudah stop berorkesan.
"Kami mendirikan Orkes Mozifa sejak tahun 2005 lalu dan berhenti setahun lalu. Saya tak lagi meneruskan main musik, bukan sepinya job dan menjamurnya organ tunggal, melainkan sebenarnya lebih ke pilihan saja," ujarnya.
Apakah, lanjut dia, membentuk Orkes sekedar hanya bermain musik atau musik untuk berkarya.
"Masing-masing pemusik beda-beda. Kalau saya stop ber orkes karena ingin lebih serius berpindah ke rekording dan menekuni sound design," ungkap Mohadzir.
Menurut dia, sebenarnya orkes bisa bertahan asal dari orkesnya tersebut berani mengeluarkan CD lagu-lagu kompilasi seperti dilakukan orkes di Jawa untuk menarik minat masyarakat kembali tentang orkes dangut.
"Atau membikin cover lagu dan dimuat di media youtube atau membikin lagu sendiri," paparnya.
Sementara, Ancah Rezki, juru bicara DPD Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) Kalsel, berujar, banyaknya orkes melayu yang bubar dampak dari semakin maraknya organ tunggal.
"Berdasar data kami, orkes yang bubar di antaranya Mozifa, Marasona, Calia, Kharisma, Kambar Group, Ramania Group, Oya Senada dan Siaga," beber dia.
Sebenarnya, lanjut Ancah, PAMMI akan membantu mengkoordinir orkes yang di bawah naungan mereka bila ada yang meminta tampil.
"Cuma, sepi job tampil dan biaya operasional cukup besar hingga banyak yang bubar.”