Menilik Kampung Kusta Tapin
Dulu Ditakuti, Kini Stigma Negatif Kampung Kusta Telah Berubah di Zaman Now, Ini Kisahnya
Stigma kampung kusta Bitahan Tapin tempo dulu memang sangat negatif dan angker. Warga lain takut berkunjung ke sana.
Penulis: | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Stigma kampung kusta Bitahan Tapin tempo dulu memang sangat negatif dan angker, warga lain pun takut sekadar berkunjung.
Zaman now sekarang, stigma atau kesan negatif, angker itu sudah terkikis bahkan terkikis habis.
Warga sudah sering melintas di kampung itu, anak-anak dan remaja tidak lagi dikucilkan di sekolah, warga setempat juga banyak bekerja di berbagai perusahaan, jelas Kasniah.
Ketika ada acara pernikahan di kampung kusta, warga yang datang juga banyak, tidak lagi ada kesan takut, jelas Kasniah.
Baca: Kampung Kusta Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Ini Kesaksian Kusniah yang Sudah 3 Generasi di Sana
Baca: Penderitaan Para Penghuni Kampung Kusta: Sayuran Tak Ada yang Beli, Jualan Arang Pun Tidak Laku
Baca: Ternyata Masih Ada 28 Orang Eks Penderita di Kampung Kusta Bitahan, Begini Nasib Mereka Kini
Baca: Situs Barak Kusta Masih Berdiri, Sebelum Tahun 2000-an Sempat Disebut Kampung Angker dan Ditakuti
Baca: Penghuni Kampung Kusta Dikucilkan dan Dibuli di Sekolah, Saniah Tak Mau Melanjutkan ke SMP
Hasil panen padi, karet dan sayuran mereka juga diterima masyarakat. Terkikisnya stigma negatif itu di masyarakat, berkat gencarnya pengobatan yang dilakukan dinas kesehatan Tapin dan sosialisasi tentang penyakit kusta untuk mengikis stigma negatif itu di masyarakat, jelas tokoh masyarakat di kampung kusta, Kasniah.
Jumlah eks kusta di Bitahan itu hingga kini tinggal 28 orang, mereka umumnya berusia di atas 65 tahun. Mereka mendapat jatah hidup dari Pemda Tapin dalam bentuk uang Rp 500 ribu per bulan yang dicairkan per tiga bulan Rp 1,5 juta, pungkas Kasniah. (banjarmasinpost.co.id/him)
