Konsekuensi yang Menanti Keluarga Jika Ritual Tari Topeng Banjar Tak Digelar

BANJARMASIN POST.CO.ID - Setiap bulan Oktober, ritual 'memberi makan' topeng dilaksanakan keluarga Maspiati di Banyiur Luar, Basirih, Banjarmasin.

Sejak bulan September keluarga besar guru SMKN 3 Banjarmasin berkumpul, membahas berbagai persiapan berkaitan dengan acara tersebut hingga pendanaan.

"Selama ini kegiatan ritual dibiayai keluarga secara urunan. Biayanya tak sedikit, mencapai jutaan rupiah," papar Maspiati, kemaren.

Baca: Maia Estianty dan Mulan Jameela Terlihat Ngobrol di Ultah Al, Ahmad Dhani : Maia Mau Berhijab

Baca: Jadwal Lengkap & Siaran Langsung RCTI Liga Champion 2018/2019, Messi : Real Madrid Menurun

Pernah tidak ada dana, ritual tak digelar, akibatnya beberapa menderita sakit. "Pernah kami tidak laksanakan ritual, ternyata ada keluarga begaringan kada tahu penyakitnya. Jadi, wahini digawikan terus, biar seadanya," ucapnya.

Dijelaskan Maspiati, di acara ritual yang disediakan sesaji 41 makanan, panggung, kostum menari, topeng, alat musik, banyu di tong dan lain-lainnya.

Sebanyak 41 makanan diletakan di sisi kiri panggung pertunjukkan, ada janur kuning, selendang, topeng, air santan begula, ayam bakar , beberapa telur itik rebus dan lain-lain.

Baca: Menikah dengan Habib Usman, Ternyata Kartika Putri Sudah Punya Anak, Lihat Foto-fotonya

Baca: Tanggapan Roy Suryo Ketika Dituding Belum Kembalikan 3.226 Aset Negara, Merasa Difitnah

Salah satu keturunan Tari Topeng, Eben mengatakan pernah keluarganya tidak menggelar ritual, tapi tidak sakit, tapi sering marah-marah.

"Setelah digelar, tidak panasan lagi," katanya seraya menambahkan, bagi keluarga yang berhalangan hadir di acara ritual, biasanya minum gula merah di rumah masing-masing supaya tidak terjadi apa-apa.

(banjarmasinpost.co.id/syaiful anwar)