Dianggap Sehat, Anggapan yang Keliru Tentang Jus Buah, Simak Kata Pakar Medis ini

Bahkan, jus buah segar sering diklaim bisa membantu menurunkan berat badan, memulihkan keadaan tubuh, hingga detoksifikasi.

Editor: Eka Dinayanti
SHUTTERSTOCK
Jus buah 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Jus buah segar sering kali dianggap minuman yang paling sehat.

Tak jarang minuman ini masuk dalam menu banyak jenis diet.

Bahkan, jus buah segar sering diklaim bisa membantu menurunkan berat badan, memulihkan keadaan tubuh, hingga detoksifikasi.

Namun, pernahkah Anda bertanya, apakah jus buah segar benar-benar sehat seperti yang kita pikirkan selama ini? Jus buah sering kali dianggap tidak berbahaya karena kandungan gulanya adalah fruktosa.

Dalam hal ini, buah memang mengandung fruktosa tapi gula tersebut terkandung dalam sel buah yang ada pada serat buah utuh.

Artinya, butuh sistem pencernaan kita sebentar untuk memecah sel-sel ini dan agar fruktosa memasuki aliran darah.

Sedangkan untuk jus buah tidak demikian.

Baca: Berburu Hantu di Sebuah Rumah Sakit Terlantar, Tim Pemburu Hantu Menemukan Hal Mengerikan ini

Baca: Raffi Ahmad Buat Laudya Cynthia Bella Melongo di Depan Nagita Slavina dan Zaskia Sungkar, Karena Ini

Baca: KalselPedia - Keindahan Bangunan Masjid Agung Nurussalam Tanahbumbu Mirip Sidney Opera House

Baca: Pesan Tak Biasa Torro Margens Pada Mbah Mijan Diingatnya Usai Aktor Senior Itu Meninggal Dunia

"Jus buah memiliki sebagian besar serat yang dihilangkan," ungkap Emma Elvin, penasihat klinis senior lembaga diabetes di Inggris dikutip dari BBC Future, Rabu (02/01/2019).

Itu mengapa fruktosa dalam jus buah dihitung sebagai "gula bebas" seperti madu dan gula yag ditambahkan pada makanan.

Merujuk pada rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas tambahan gula pada orang dewasa hanya 30 gram.

Ini setara dengan 150 ml jus buah per hari.

Sebabkan Diabetes Tipe 2

Selain itu, dengan serat yang dihilangkan, fruktosa jus buah diserap lebih cepat.

Lonjakan gula darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan pankreas melepaskan insulin untuk menstabilkannya.

Seiring waktu, mekanisme ini bisa saja aus dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved