Keunikan Masjid Lancip di Amuntai
4 Fakta Masjid Lancip di Amuntai HSU, Masjid Tertua, Didanai Warga Malaysia & Lantai dari Singapura
4 Fakta Masjid Lancip di Amuntai HSU, Masjid Tertua, Didanai Warga Malaysia & Lantai dari Singapura
Penulis: Reni Kurnia Wati | Editor: Rendy Nicko
Lantainya Didatangkan dari Singapura
Masjid Assu'ada di Desa Waringin Kecamatan Haur Gading HSU ini sempat menjadi gedung megah pada masanya.
Bangunan pertama yang semula bertipe lantai panggung, ketika dibangun kembali di lokasi kedua lantainya tidak lagi ulin melainkan dengan ubin yang didatangkan dari Singapura.
Pada waktu itu, sebagian penduduk Waringin dan sekitarnya ada yang berprofesi sebagai pedagang antar pulau.
Mereka berlayar hingga sampai ke pulau Jawa, Sumatera, bahkan Singapura dan Semenanjung Malaya, sehingga ketika kembali ke kampung halaman mereka membawa barang dagangan, atau bahan yang diperlukan untuk pembangunan masjid seperti ubin, dan lain sebagainya.
Selain tokoh ulama dan sekaligus pendiri masjid yakni H Abdul Gani yang lahir di Alabio, tokoh ulama lainnya yang berperan terhadap masjid ini adalah H. Nawawi, H Durahman dan H Marhusin di Waringin, serta H Mahmudin dari Tengkawang.
Mereka adalah juga tokoh ulama yang berperan penting dalam kegiatan ibadah sholat, pengajian, dan dakwah kepada masyarakat Waringi, Haur Gading, Tengkawang dan sekitarnya.
Masjid ini merupakan masjid tertua dan satu-satunya di Waringin, dan Haur Gading. Waringin, dahulunya terdiri dari berbagai desa seperti Waringin, Tengkawang, Teluk Haur, dan Tuhuran.
Sedangkan Haur Gading juga terdiri dari beberapa desa yakni Haur Gading, Keramat, Jingah Bujur, Pulutan, dan Tambak sari Panji. Waringin dan Haur Gading, dahulunya hanya punya satu masjid yakni Masjid Assu’ada Waringin.

Direnovasi Warga Johor Malaysia
Masjid Assu'ada atau Masjid Lancip yang merupakan masjid cagar Alam Amuntai telah direnovasi benerapa kali.
Sehubungan atap masjid banyak yang telah bocor, maka pada tahun 2009 dilakukan lagi renovasi dengan mengganti atap sirap dengan atap metal zincalum/roof.
Pada saat penggantian inilah, beberapa hiasan ujung talang atap masjid atau simbar, cabang yang ada pada ketiga tingkatan atap masjid, dilepas dan tidak dikembalikan ke posisi semula.
Pada tahun 2010, kembali dilakukan pemugaran dengan mengganti bahan kayu sintok pada kubah bangunan induk menjadi kayu balangiran, serta membeton bangunan mikrab dan mengganti kubah migrab dengan bahan baru, meski bentuk kubahnya masih dipertahankan.
Bulan April 2012, masjid ini kembali direnovasi dengan cara meninggikan lantai masjid, namun ubin tua tetap dipertahan. Peninggian lantai dilakukan karena sebelumnya telah pernah terjadi banjir pasang yang nyaris menenggelamkan lantai masjid.