BPost Cetak
Orang-orang Bermental Baja di Sambang Lihum, Tetap Senyum Meski Dicaci dan Diludahi
Rumah sakit jiwa. Mendengar namanya saja bisa orang tidak nyaman, apalagi jika setiap saat harus berinteraksi dengan ODGJ
Penulis: Royan Naimi | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID - Rumah sakit jiwa. Mendengar namanya saja bisa orang tidak nyaman, apalagi jika setiap saat harus berinteraksi dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Tak gampang memang bekerja di rumah sakit jiwa (RSJ). Hanya orang-orang bermental baja yang mampu menjalaninya, seperti Oktavia Suci Megawati, perawat profesional (ners) di RSJ Sambang Lihum (Sali).
Sejak Januari 2016, Suci bekerja di RSJ berkapasitas besar di Jalan Gubernur Syarkawi Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut. Jumlah pegawainya sekitar 600 orang.
Sebanyak 266 orang di antaranya berstatus pegawai negeri sipil.
Mereka menangani sekitar 200 pasien baik itu ODGJ maupun pasien ketergantungan obat terlarang.
“Bekerja di RSJ memang harus punya mental yang kuat dan kesabaran tinggi. Maklumlah yang diurusi kan orang-orang yang mentalnya sedang terganggu,” ucap Suci, Kamis (30/5/2019).
Baca: Jelang Idulfitri 1440 H, PLN Pastikan Pasokan Listrik Aman
Baca: Segera Tertibkan Pelangsir Solar
Baca: Dibanderol Rp 1 Jutaan, Galaxy A2 Core Cocok untuk Ponsel Baru di Lebaran Idul Fitri 1440 H
Saat pertama bertugas di RSJ Sali, Suci ditugaskan di Ruang Intensif Pria (Ruang Akut). Ini adalah tempat penanganan pertama ODGJ sehingga benar-benar membutuhkan skill khusus.
Di ruangan itu lah risiko atau resistensi terbesar dialami paramedis. Ini karena ODGJ umumnya masih teramat liar dan sensitif seperti berteriak-teriak, memaki, meludahi dan bahkan memukul petugas.
Pengalaman getir seperti itu pun ‘kenyang’ dialami Suci. “Dulu pernah kena pukul pas pasien akut baru tiba dari IGD. Untung segera siap tanggap, jadi spontan saya bergeser menjaga jarak aman,” tutur pegawai tidak tetap (PTT) ini.
Meski begitu, perempuan 29 tahun ini tak pernah mengeluh apalagi menyerah. Baginya menunaikan tugas sepenuh hati demi kesembuhan pasien adalah hal utama. Karena itu pula dia tetap menikmati.
Adalah hal paling melapangkan hati ketika pasien sembuh dan bisa kembali hidup normal bersama keluarga. Sebaliknya, teramat sedih ketika ODGJ yang telah sembuh namun tak diterima kembali oleh keluarga atau lingkungan tempat tinggal.
Suci punya tips khusus menangani pasien yakni harus bisa membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat. Menerapkan strategi pelaksanaan (SP) sesuai diagnosa pasien. Misalnya pasien tergolong dalam Risiko Perilaku Kekerasan, maka dirinya fokus mengajarkan tarik napas dalam dan lainnya untuk mendegradasi emosi.
Lalu, melakukan kolaborasi dengan tim medis lainnya. Contohnya bersama dokter untuk pemberian terapi. “Kalau pasiennya membahayakan, biasanya diamankan dulu biar tidak melukai dirinya dan orang lain,” sebur Suci.
Tak kurang selama setahun sarjana keperawatan alumni Stikes Muhammadiyah Banjarmasin ini tiap hari berinteraksi dengan ODGJ di Ruang Akut. Kini Suci bertugas sebagai staf di Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Direktur Utama RSJ Sali dr H IBG Dharma Putra MKM mengatakan Suci termasuk salah satu paramedis yang terampil dan sabar menangani pasien. Dia memang selalu menekankan pentingnya kesabaran menangani ODGJ.
Seberapa pun besarnya resistensi dan risiko, ia mewanti-wanti paramedisnya agar tetap sabar dan dilarang reaktif. Tidak boleh membalas apa pun perilaku pasien. Misal dipukul atau diludahi pasien, tidak boleh membalas.
Baca: Jika Juara Final Liga Champions, Tottenham Hotspur Catat Sejarah Menangi Tiga Trofi
Baca: Suzuki Ingin Produksi Jimny di Indonesia, Harga Bisa Lebih Murah
“Kalau sampai balas memukul, langsung saya pecat. Tindakan seperti itu tak bisa ditoleransi. Harus ekstra sabar karena yang dihadapi memang orang yang mentalnya sedang terganggu,” ucap Dharma.