Yayasan Adaro Bangun Negeri
YABN Kenalkan Pertanian Organik
Dalam pertanian konvensional penggunaan bahan agrokimia memang dinilai cukup berhasil karena dapat meningkatkan produktivitas dibidang pertanian dan p
BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG - Sebelum tahun 2017, Desa Kambitin belum cukup dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil sayuran organik.
Bahkan, bagi petani yang berada di wilayah kabupaten Tabalong. Masyarakat lebih banyak memilih bertanisecara konvensional atau berkebun karet.
Dalam pertanian konvensional penggunaan bahan agrokimia memang dinilai cukup berhasil karena dapat meningkatkan produktivitas dibidang pertanian dan perkebunan.
Namun dalam prosesnya, penggunaan pupuk dan pestisida kimia memiliki dampak negatif, yakni adanya residu beracun yang dapat terkonsumsi dari sisa produk perkebunan dan pertanian yang digunakan selama dilahan.
Selain itu petani rentan terpapar bahan kimia yang setiap hari digunakan, cost pertanian yang mahal hingga berkurangnya kualitas kesuburan tanah dan pencemaran air tanah di sekitar area pertanian akibat dari paparan bahan kimia.
Seiring perkembangan zaman sayuran dan buah organik semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat karena dinilai terjamin dari bahaya residu kimia sisa pupuk dan pestisida pertanian, profesi dengan metode organik kemudian semakin dilirik oleh para petani di sejumlah daerah salah satunya di Desa Kambitin.
Pertanian organik dinilai cukup menguntungkan bagi petani, karena dapat menekan ongkos produksi dengan pemanfaatan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan.
Senin (14/10/2019), Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) sebagai lembaga yang pertama kali mengenalkan pertanian organik di desa ini kembali melakukan pelatihan bagi petani yang ingin beralih dari pertanian kimia ke pertanian organik.
Penanggung jawab program pertanian organik dari YABN, Amatul Firdausa mejabarkan, sejak tahap pertama pengenalan pertanian organik pada tahun 2017.
“Awalnya hanya ada 5 petani yang ikut serta dalam lahan percontohan seluas 1,5 hektar, kini sudah ada 35 orang petani menjadi bagian dari Kelompok Tani Organik (KTO) di Desa Kambitin yang menerapkan prinsip-prinsip pertanian ramah lingkungan di lahannya masing-masing,” jelasnya
“Setelah sebelumnya melakukan sosialisasi kepada puluhan petani sayur di awal bulan oktoberlalu, kini ada tambahan 20 petanibaru yang berkomitmenuntukikutserta, karena menilai pertanian organik lebih menguntungkan dibanding pertanian konvensional,” ungkap Firda.
“Kami memfasilitasi pelatihan teknis kepada petani baru tersebut, merekadiajarkanbagaimana mengelola tanah dan pembuatan pupuk organik bentuk padat,hingga cair serta pembuatanpestisida nabati,” tambah Firda
Bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Univeritas Lambung Mangkurat (ULM) jurusan Agro Teknologi sebagai narasumbernya, petani mendapat pendampingan bagaimana menjalankan pertanian organik.
Kotoran sapi, serbuk gergaji kayu, gula merah, urin sapi, kunyit, lengkuas, jahe hingga air cucian beras menjadi segelintir bahan yang diperlukan untuk membuat pupuk dan pestisida organik.
Ir. Jumar. MA, perwakilan dari Fakultas Pertanian ULM menjelaskan dengan memanfaatkan bahan yang mudah didapatkan petani dapat membuat pupuk dan pestisida nabati dengan harga yang jauh lebih murah dari bahan pertanian kimia yang dijual di pasaran.
