Kisah Peneliti Benda Bersejarah
Rawat Koleksi Bersejarah, Petugas Museum Lambung Mangkurat Harus Ekstra Hati-hati
Merawat koleksi sangat bersejarah seperti Lukisan Syekh Muhammad Arsyad Albanjari, kitab Sabilal Muhtadin dan lainnya perlu ektra hati-hati.
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Lukisan syekh muhammad Arsyad dan riwayat singkatnya, Kitab Sabilal Muhtadin, Stempel Raja Banjar, Naskah Perjanjian kerajaan banjar dengan pemerintah kolonial Belanda, prasasti maklumat yang dihadirkan pameran tentu merawatnya tidak semudah yang dibayangkan.
Peneliti sekaligus pengelola koleksi dari Museum Lambung Mangkurat, Darmanto, mengatakan dalam membawa dan membersihkan tidak sembarang.
"Karena ini benda yang lama maka jangan sampai rusak. Ada perawatan khususnya, meski yang dipamerkan replika sekalipun," kata Darmanto.
Satu contoh saja dalam merawat Kitab Sabilal Muhtadin, salah karya dari balik kaca dan menyimak riwayat singkat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga disebut Datu Kelampayan.
• Zulkifli & Amien Jadi Bos dan Wakil Bos PT PLN, Kombinasi Serasi Profesionalisme dan Transparans
• Baper Maia Estianty Lihat Foto Al El Dul Saat Masih Anak-anak, Istri Irwan Mussry Akui Hal Ini
• Musim Hujan, Begini 5 Kebiasaan Nyeleneh Biker Indonesia, Tidak Menutup Kaca Helm
• Benarkah Tidak Boleh Berkaca atau Nonton TV Saat Hujan dan Petir? ini Kata Guru Besar ITB
Kitab yang judul lengkapnya Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqqahu fi Amr ad-Din.
Kitab replika dipamerkan di museum, sementara yang asli tersimpan aman di tempat khusus koleksi dan konservasi.
Petugas harus hati-hati membawa peti mini berisi lembaran kitab Sabilal Muhtadin.Saat meletakkan di meja pun diberi alas lagi beberapa lembar kain.
Pada catatan inventaris koleksi museum, Kitab Sabilal Muhtadin asli ini bernomor inventaris 5761.
Pada data tercatat punya ukuran panjang 21,3 sentimeter, lebar 17,3 sentimeter dan tebal 5,8 sentimeter. Juga tercatat, kitab didapat dari Desa Dalam Pagar Ulu.
Kitab ini Tanggal masuk ke museum yakni pada 30 Oktober 1991.
Staf seksi koleksi dan konservasi museum lambung Mangkurat, Zaelani, mengemukakan ketika pertama kali masuk kitab itu kondisinya memang sudah rapuh, tulisan tangan di antaranya sudah tak lagi bisa dibaca, pudar.
Bila dikalkulasi dari pertama dibuat, kitab Sabilal Muhtadin sudah berumur 244 tahun. Bernilai seni tinggi, tulisan tangan yang indah.
• Sebabkan Kerugian Fatal, Boeing Akhirnya Pecat Dennis Muilenburg dari Kursi CEO
• Menyambut Tahun Baru, Hotel di Banjarbaru ini Mengadakan Event Islami Bernuansa Kekinian
• Gerhana Matahari Cincin 26 Desember, Langit Meredup dan Ini Yang Bisa Disaksikan di Dekat Matahari
Zaelani mengatakan kondisi Kitab asli ini sudah dapat dan tak bisa diperbaiki.
Guna menjaga ketahanan kitab itu dirawat dan ditaburi cengkeh.
"Untuk itu tak bisa dipamerkan demi jaga kelestariannya. Replika sudah ada, tapi ini asli hanya saja tak bisa dikonservasi, disentuh dan diangkat lembarannya pun tak bisa karena rapuh," urainya. (banjarmasinpost.co.id/nurholis huda)
