Berita Banjar
Menembus Desa di Hulu Waduk Riam Kanan Lewat Jalur Darat, Polres Banjar Imbau Ini
Dari titik 0 di Awang Bangkal ke Rantau Balai hanya berjarak 13 Km, tapi ‘tol baru’ jalan poros Awang Bangkal-Batulicin ini tak mudah dilintasi.
Penulis: Nia Kurniawan | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Akrab dikenal dengan sapaan Amang Udin, warga asal Desa Rantaubujur, kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini sehari-hari beraktivitas sebagai petani.
Pria berumur 64 tahun ini terlihat masih begitu bugar, naik turun gunung berjalan kaki menembus hutan sudah jadi kebiasaannya.
"Mayoritas di desa ini petani, saya kalau ke hutan cari buah seperti tiwadak (cempedak), durian, Langsat. Bagi kami warga desa, semua sudah tersedia di hutan dan cukup. Paling banyak tiwadak," katanya.
Di sekitaran desa banyak bukit penuh rumput yang hijau, terhampar luas jadi area ternak sapi. Ya, di Desa Rantau bujur banyak sapi yang dipelihara, ada yang dibiarkan lepas ada juga uang diikat.
• NEWSVIDEO : Lewat Sosmed, Napi Lapas Palangkaraya Sukses Tipu 70 Wanita hingga Raup Rp 500 Juta
• Hadapi Seleksi SKD CPNS, Pemkab Tapin Siapkan 80 Unit Laptop
• Ulah Syahnaz & Jeje Tempati Kamar Raffi Ahmad & Nagita Slavina Pasca Lahiran Berujung Masalah
• Tubuh Montok Syahrini Saat Liburan di Los Angeles Disorot, Istri Reino Barack Pamer Ini Pagi Hari
Sapi berkelompok, meski peliharaan warga namun kehidupan sapi dapat dikatakan bebas karena mayoritas tidak dalam kandang, bahkan malam pun sapi-sapi itu masih berkeliaran di kawasan padang rumput.
" Nah, kalau dulu, masih ramai mendulang intan. Hampir tiap kampung warga mendulang. Namun seiring waktu kini profesi itu ditinggalkan, sudah jarang bahkan tidak ada lagi yang mendulang, kisaran tahun 2000an sudah mulai sepi. Saya juga dulu mendulang," kata dia.
Apalagi kini dengan adanya akses darat tol sepanjang kurang lebih 164,5 Km yang menghubungkan Awang Bangkal di Kabupaten Banjar ke titik Km 52 Mentewe, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, warga di hulu waduk riam kanan jadi punya alternatif pilihan jalur perjalanan.
Walau kini masih harus lalui jalan menurun dan menanjak belum beraspal -hanya hamparan pengerasan batu-.
Dari titik 0 di Awang Bangkal ke Rantau Balai hanya berjarak 13 Km, tapi ‘tol baru’ jalan poros Awang Bangkal-Batulicin ini tak mudah dilintasi.
Dari pantauan reporter banjarmasinpost.co.id, di jalanan beberapa mobil angkutan milik warga berani ‘bertarung’ di jalan poros baru itu.
" Harus mahir dan hati-hati naik turun gunung," ucap Anang warga Rantaubalai.
Mobil angkutan bila sekali ke kota pasti dipenuhi penumpang. Bagian atas juga sudah menumpuk berbagai barang yang dibeli dari kota.
Akses yang belum mulus dan jarak yang jauh mengharuskan warga belanja borongan, agar tidak bolak-balik.
Selain mobil, di perjalanan juga tampak melintas motor yang penuh muatan. Paling sering menemukan motor dengan muatan jerigen berisi penuh bahan bakar minyak. Bensin dan sejenisnya jadi barang mewah karena kendala akses.
" Satu botol Rp 9000, baik isi daripada kosong dan habis bensin tengah perjalanan. Jarak antar warung berjauhan dan masih sedikit di jalan tol," ucap Umi warga Awangbangkal.
