BPost Cetak
Perceraian Seperti Bom Waktu, Urgensi Edukasi Pranikah
ingginya perceraian yang tinggi di negara kita mesti segera diatasi. Membiarkannya berarti sengaja menyimpan bom waktu
Persoalannya, perceraian rumahtangga bukan saja menggoreskan kenangan getir bagi pasangan menyangkut relasi dua hati yang terpaksa kandas, tetapi juga kerap dibarengi dengan muculnya problem-problem lain yang tidak kalah getirnya.
Faktanya, sejumlah problem sosial yang muncul di masyarakat dipicu antara lain oleh perceraian rumahtangga.
Ada korelasi bahwa semakin tinggi tingkat perceraian, maka semakin besar pula risiko lahirnya berbagai problem sosial di tengah-tengah masyarakat. Lebih-lebih lagi bagi pasangan yang telah dikaruniai buah hati.
Berbagai kajian memperlihatkan, anak-anak yang kedua orang tuanya bercerai biasanya mengalami penurunan kualitas kehidupan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan pendapatan keluarga.
Perceraian juga dapat membuat anak-anak menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk menerima pelecehan dari anak lainnya dan rentan terkena masalah kesehatan.
Pada saat bersamaan, trauma psikologis yang dialami oleh anak korban perceraian menjadikan mereka mudah menderita stres, depresi, dan kecemasan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Oleh sebab itu, kita patut prihatin dengan kenyataan semakin tingginya tingkat perceraian yang terjadi di negeri ini.
Berdasarkan simpulan data dari Kementerian Agama Republik Indonesia, rata-rata tiap tahun terjadi 333.000 kasus perceraian. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat perceraian paling tinggi di kawasan Asia-Pasifik.
Faktor ketidakharmonisan, faktor ekonomi, dan hadirnya pihak ketiga menjadi penyebab terbesar perceraian di Indonesia.
Pendidikan Pranikah
Sangat tingginya tingkat perceraian di negara kita mesti segera diatasi. Membiarkannya berarti sengaja menyimpan bom waktu yang cepat atau lambat akan meledak dan melahirkan goncangan sosial yang dahsyat.
Salah satu upaya untuk menekan angka perceraian agar tidak kian meningkat adalah dengan menyelenggarakan pendidikan pranikah.
Lewat pendidikan pranikah, calon pengantin dibekali sejumlah pengetahuan serta soft skill ihwal bagaimana seharusnya menjalani dan mengelola kehidupan berumahtangga dengan sebaik-baiknya.
Target utamanya adalah agar kelak mereka mampu membangun kehidupan keluarga yang, meminjam istilah dalam agama Islam, sakinah, mawaddah, warahmah.
Secara sederhana, sakinah dapat diartikan sebagai kedamaian, ketenteraman, ketenangan, serta kebahagiaan.