Wabah Virus Corona
Kata Ustadz Abdul Somad Cara Pemakaman Jenazah Pasien Virus Corona, Ikut Kata Dokter
Ustadz Abdul Somad ikut menanggapi terkait jenazah pasien virus corona yang mendapat penolakan dari warga saat akan dimakamkan di lingkungannya
Ustaz Abdul Somad memberikan pendapatnya tentang prosedur atau cara pemakaman jenazah pasian positif Virus Corona atau Covid-19 (Editor : Rahmadhani)
BANJARMASINPOST.CO.ID - Penolakan sejumlah warga atas pemakaman jenazah pasian positif Virus Corona atau Covid-19 jdi fenomena tersendiri sejak pandemi itu terjadi di Indonesia.
Tak kurang, bahkan Ustadz Abdul Somad ikut menanggapi terkait jenazah pasien virus corona yang mendapat penolakan dari warga saat akan dimakamkan di lingkungannya.
Pada dasarnya, Ustadz Abdul Somad mengingatkan bahwa ada empat kewajiban fardhu kifayah seorang muslim terhadap saudaranya seiman yang meninggal dunia.
• VIDEO Cerita Sedih Penghuni Kampung Disabilitas Netra Banjarbaru Sejak Corona Merebak
• Fakta Baru Covid-19 di Wuhan China, 10 Persen Pasien yang Sembuh Kembali Terinfeksi Virus Corona
• Mengenal Apa Itu Herd Immunity, Teori Perangi Virus Corona yang Sempat Gagal di Inggris
Empat kewajiban bagi jenazah, terang Ustadz Abdul Somad adalah memandikan, mengkafankan, mensalatkan, dan memakamkan.
Tapi dalam kasus ini, jenazah menderita penyakit akibat Virus Corona yang dapat menular sehingga ada warga yang menolak untuk dimakamkan di lingkungannya.
"Nah yang jadi masalah yang keempat ini memakamkan. Apa yang jadi kendalanya mengapa jenazahnya mesti ditolak di pemakam umum tersebut. Tentu saja karena dikhawatirkan akan menyebarkan wabah penyakit," ujarnya dilansir melalui YouTube tvOneNews, Kamis (2/4/2020).
Ustaz Abdul Somad menjelaskan dalam permasalah ini harusnya warga ikut dengan pernyataan dokter yang lebih mengetahui tentang virus ini.
Menurutnya sudah jelas perkataan dari dokter bahwa jenazah sudah ditangani secara medis dengan ditutup plastik.
Sehingga tidak ada potensi penyebaran virus ini karena plastik membutuhkan waktu bertahun-tahun agar hancur.
"Tidak ada yang paling mengerti mengenai penyakit ini kecuali dokter. (Dalam Al-quran dikatakan) Kalau diserahkan perkara kepada yang tidak pada ahlinya tunggulah kehancuran."
"Karena itu kita tanyakan ke dokter yang amanah, dokter yang ngaji, dokter yang dekat dengan kiai."
"Pak dokter ini kalau ada pasien corona meninggal dunia setelah itu ditutup dengan kain kafan setelah itu ditutup dengan plastik, diikat, masuk kedalam tanah apakah masih menyebar lagi? Tidak, karena plastik itu hancur puluhan tahun sekian puluh tahun baru hancur baru wabah keluar dan wabah waktu itu sudah mati," ungkapnya.

Menurutnya masyarakat jangan menggunakan perasaan, prasangka dan persepsi dalam menghadapi sebuah masalah.
"Maka kalau sudah tidak ada ke khawatiran lagi sedikitpun maka kita terima. Adapun diluapkan karena persaan, karena persepsi, prasangka maka sesungguhnya kita sudah berbuat tidak sesuai pengetahuan kita."