Berita HSS
VIDEO Kisah Normila Perajin Anyaman Bambu di Pariangan HSS
Berbekal pelatihan menganyam bambu di Loksado, Kini Normila menjadi pengrajin anyaman yang produknya tak kalah dengan pengrajin di Jogyakarta.
Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
Normila sendiri mengaku tak lulus SD. Namun berniat melanjutkan sekolahnya melalui Kejar Paket A, B dan C. Motivasinya mengembangkan keahlian menganyam, menimbulkan semangat untuk terus berkarya.
Tiap hari, bersama para perempuan anggota kelompoknya, mereka mencari bambu ke hutan Meratus.
Mulai proses menebang, mengangkut, hingga mengolah batang bambu sampai menghasilkan bilahan atau helaian yang siap dianyam, mereka lakukan bersama.
“Termasuk memilirkan bambu melalui jalur sungai Amandit. Kami lakukan pakai rakit. Kadang pakai ban besar (tubing) menantang kuatnya arus sungai,” tutur Sumiati, anggota kelompok Anyaman Sejahtera Muara Hariang lainnya.
Setelah berhasil memproduksi aneka produk anyaman, Normila dan kawan-kawan menemukan kendala klasik, pemasaran. Diakui, sebagian produk mereka dibantu dipasarkan dan dipromosikan oleh Dekranasda HSS.
Pemasaran selama inipun baru sebatas pesanan, dalam jumlah terbatas. Sementara, produk terus dibuat tanpa tahu kemana harus memasarkan.
Hasil produk anyaman Normila dan kawan-kawan, tak kalah kualitasnya dengan produk luar seperti Jogjakarta.
Mereka membuat anyaman dengan apik, hingga menghasilkan karya yang ekslusif.
Bahkan, salah satu karya mereka yaitu anyaman tempat menyajikan nasi dan sayuran, meraih juara ke 2 untuk kategori dekor meja makan di salah satu lomba tingkat kabupaten.
“Sebenarnya, kami ingin memproduksi secara berkelanjutan. Kami ingin produk anyaman ini menjadi perabot menyajikan makanan yang unik di restoran-restoran. Di rumah-rumah makan terkenal, yang menyukai konsep alami dan tradisional. Tapi kami tak punya akses untuk masuk ke pengusaha restoran dan rumah makan itu,””ungkap Normila.
Diapun berharap, pemerintah daerah maupun provinsi terus membantu mempromosikan kerajinan anyaman tersebut, agar masyarakat desanya lebih semangat lagi berkarya untuk menambah penghasilan keluarga.
Disebutkan, saat ini mata pencaharian warga setempat adalah bertani padi dan menyadap karet serta menjual bambu ke kota.
Sedangkan menganyam adalah usaha produtif dan kreativitas para perempuan di desa itu, dalam rangka mengisi waktu luang.
• VIDEO Produk Anyaman Kerajinan Tangan Pikat Pengunjung Pasar Subuh Kandangan
• NEWSVIDEO : Mengunjungi Desa Pengrajin Anyaman Purun di Kecamatan Candi Laras Selatan
Harapannya, menambah kesejahteraan keluarga. Apalagi, harga karet dari tahun ke tahun masih terpuruk di kisaran harga Rp 6000-7000 per kilogram.
“Kami berharap, suatu saat Kampung kami terkenal sebagai kampung perajin bambu. Masyarakat yang mencari souvenir untuk event resepsi pernikahan, atau kegiatan pemerintahan yang memerlukan oleh-oleh khas daerah tak lagi pesan ke pulau Jawa. Tapi pesan ke kelompok kami. Kami siap memberikan pelayanan dan produk terbaik,” pungkas Normila dan kawan-kawan.(banjarmasinpost.co.id /hanani)