Berita Regional
Satu Lagi Pejuang Covid-19 Gugur, Dokter Ahmadi Positif Corona dengan Penyakit Penyerta Diabetes
Salah satu dokter yang menangani pasien covid-19 di rumah sakit RSUD KRMT Wongsonegoro, dr Ahmadi Nur Huda meninggal dunia
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO, ID, SEMARANG - Tenaga medis yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Kali ini, kabar duka datang dari dunia medis di Kota Semarang.
Salah satu dokter yang menangani pasien covid-19 di rumah sakit RSUD KRMT Wongsonegoro, dr Ahmadi Nur Huda meninggal dunia pada Jumat (10/7/2020).
Kabar terkait meninggalnya dr. Ahmadi juga dibenarkan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Elang Sumambar saat dikonfirmasi Tribun Jateng.
Betul, tadi pukul 6.45 dr Ahmadi meninggal, dan saat ini sudah disemayamkan," kata Elang, Jumat (10/7/2020).
• UPDATE Corona WNI di Luar Negeri Jumat 11 Juli, Total 1.158 Positif, 769 Sembuh & 84 Meninggal
• Menyusul Ayah Tercintanya, 2 Dokter Kakak-Beradik di Semarang Meninggal karena Terinfeksi Covid-19
• Seorang Nakes di Tanahlaut Meninggal Saat Berjuang Tangani Pasien Covid-19, Wabup Inisiasi Tahlilan
Elang mengatakan, Dr Ahmadi meninggal dengan status positif covid-19, dengan penyakit penyerta atau komorbid yaitu sakit gula.
Dengan demikian saat ini, sudah ada tiga dokter di Kota Semarang yang meninggal karena positif covid-19.
Sebelumnya, dua dokter anggota IDI Semarang yang meninggal karena positif covid-19 yaitu dr Sang Aji Aneswara yang bekerja di Puskesmas Karanganyar Tugu.
Beberapa waktu sebelumnya, saudara dr Sang Aji, yaitu dr Elliana Widiastuti juga meninggal karena positif covid-19.
Dr Elliana berstatus sebagai dokter di Puskesmas Halmahera Semarang.
Untuk itu, Elang berharap kepada pemerintah adanya jaminan perlindungan pemeriksaan berskala dengan cara dilakukan pemeriksaan berskala.
"Ini sangat penting. Ini sudah kuncinya. Artinya ada perlindungan melalui pemeriksaan berskala bagi teman-teman nakes. Yang kedua adalah ikuti protokolernya," tegas Elang.
Mantan dokter tim PSIS Semarang ini menambahkan, dengan melihat kasus yang ada saat ini ia mengimbau agar dokter yang usianya sudah memasuki usia 55 tahun ke atas untuk tidak memaksakan diri.
Termasuk juga dokter muda yang memiliki riwayat komorbid.
"Harapan saya ke depan, kepada para dokter yang usianya 55 tahun ke atas dengan adanya komorbid, seperti jantung, hipertensi, gula, dan lain-lainnya itu sebaiknya cooling down dulu.
Ini kan menyangkut kebijakan yang luas, dan dampaknya seperti apa," katanya.
