Berita Banjarmasin

Jadi Persoalan Lama, Begini Faktor Penyebab Masalah Stunting di Kalsel Versi IDI Kalsel

Pandangan IDI Kalsel terkait kasus stunting di Kalsel yang tengah menjadi sorotan Presiden RI Jokowi

Penulis: Achmad Maudhody | Editor: Hari Widodo
istimewa
Ketua IDI Kalsel, Dr M Rudiansyah M.Kes, Sp.PD-FINASIM 

Editor : Hari Widodo

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Setelah sebelumnya disoroti soal laju peningkatan kasus Covid-19, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) di Tahun 2020 kembali menjadi sorotan Presiden RI, Joko Widodo.

Kali ini terkait angka kegagalan pertumbuhan anak atau stunting, dimana Kalsel dan beberapa Provinsi lainnya di Kalimantan masuk dalam 10 besar daftar Provinsi dengan kasus stunting yang tinggi di Indonesia.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kalsel, Dr. dr. H Mohammad Rudiansyah, M.Kes., SpPD-KGH, FINASIM juga mengakui stunting bukan merupakan masalah baru di Kalsel dan sudah dialami bertahun-tahun lalu.

Menurutnya tak habis-habisnya persoalan stunting di suatu daerah termasuk di Kalsel dikarenakan adanya multi faktor yang berpengaruh, yaitu faktor pengetahuan dan faktor ekonomi.

Percepatan Penurunan Angka Stunting, Ini yang Dilakukan Diskominfo Kapuas

Kotabaru Terpilih Lokasi Intervensi Penurunan Stunting

Hadiri Rembuk Stunting, Bupati Tapin Teken Komitmen Penurunan Angka Stunting di Kabupaten Tapin

Masih banyaknya masyarakat yang belum sepenuhnya paham apa itu stunting, penyebabnya dan akibatnya menjadi faktor yang cukup dominan masih tingginya kasus stunting di Kalsel.

Kurangnya pemahaman tersebut kata Rudiansyah kemungkinan besar masih banyak terjadi khususnya di kawasan-kawasan pedesaan atau kawasan yang sulit dijangkau.

Hal ini menyebabkan para orang tua tidak terlalu mementingkan apakah perkembangan pertumbuhan anak-anaknya sudah baik atau sebaliknya.

"Perlu digiatkan sosialisasi ke masyarakat terutama di daerah dengan akses informasi sulit dan terbatas. Artinya di pedalaman pun masyarakat harus lebih tahu dan paham akan resiko terjadinya stunting," kata Rudiansyah, Minggu (9/8/2020).

Lalu faktor ekonomi menurutnya juga berperan terhadap tingginya kasus stunting.

Kaitannya yaitu kemampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi asupan makanan bergizi.

Padahal kecukupan asupan gizi menjadi salah satu faktor utama untuk mencegah stunting.

Karena itu menurut Rudiansyah program-program seperti program pemberian makanan tambahan (PMT) harus dimasifkan.

Tak hanya mengandalkan sumber daya pemerintah, pihak swasta pun menurutnya seharusnya dilibatkan untuk berperan dalam memerangi stunting melalui program-program corporate social responsibility (CSR).

"Tidak cuma pemerintah tapi pihak swasta juga bisa diberdayakan misal melalui CSR untuk penuhi gizi masyarakat. Contohnya program PMT di sekolah-sekolah," lanjutnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved