Berita Tanahlaut

Petani di Kabupaten Tanahlaut Mulai Kembangkan Budi Daya Bawang Merah, Begini Hasil dan Prospeknya

Diversifikasi usaha tani terus dilakukan kalangan petani di Kabupaten Tanahlaut dengan mengembangkan komoditas bawang merah

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Syaiful Akhyar
banjarmasinpost.co.id/Idda Royani
IR H Akhmad Hairin MP, plt Kadis Tanhortibun Tanahlaut 

Editor: Syaiful Akhyar

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Diversifikasi usaha tani terus dilakukan kalangan petani di Kabupaten Tanahlaut Provinsi Kalimantan Selatan.

Bahkan, kini sebagian petani di daerah ini mulai mengembangkan komoditas dataran tinggi yakni bawang merah (allium cepa).

Di Tanahlaut, komoditas yang hingga saat ini masih terpusat di pulau Jawa tersebut dicoba dikembangkan di seluruh wilayah.

"Saya juga berencana ingin mencoba menanamnya karena harganya kan menjanjikan," ucap Sahrani, petani di Pelaihari, Selasa (18/8/2020).

Stok Ayam Potong di RPU Banjarmasin Berkurang, Agus Ungkap Ini Penyebabnya

VIDEO Sukses Bentangkan Bendera 100 Meter di Aston, Kapten Adri: Kami Yakin 90 Persen Berhasil

Tanggal Merah Rental Mobil Banjarmasin Ramai Pesanan, Melonjak Hingga 100 Persen

Ia mengaku sejak dulu ingin mencoba mengembangkan komoditas dataran tinggi tersebut. Hanya saja selama ini belum terlakasana mengingat belum ada modal.

"Ahamdulillah baru dapat dana, jadi insha Allah bisa segera diwujudkan sambil nunggu cuaca baik dulu," tandasnya.

Pengembangan bawang merah di Tanahlaut mendapat support penuh dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhortubun) Tanahlaut. Instansi teknis ini memfasilitasi bantuan dari pemerintah provinsi.

"Bawang merah coba kami kembangkan di semua tempat, kecuali di wilayah Kecamatan Kurau dan Bumimakmur," sebut Plt Kadistanhortibun Tanahlaut H Akhmad Hairin.

Hairin menuturkan dua kecamatan tersebut tidak termasuk sasaran pengembangan bawang merah karena bertopografi rendah yakni lahan rawa. Kurau dan Bumimakmur merupakan sentra tanaman padi di Tanahlaut yang didominasi persawahan pasang surut karena berdekatan dengan lautan.

Dikatakannya, pengembangan bawang merah dimulai sejak 2017 lalu. Luasannya baru dalam skala terbatas karena budidaya komoditas ini memerlukan biaya yang cukup besar. Biaya produksi per hektare mencapai Rp 80-an juta.

"Budidaya bawang merah prospektif karena nilai ekonomisnya tinggi. Kami akan terus memberi dukungan kepada petani karena jika berhasil bakal mampu meningkatkan taraf hidup petani," tegas Hairin.

Dikatakannya, berdasar hasil panenan yang pernah dihasilkan di antaranya di wilayah Kecamatan Pelaihari mencapai delapan ton per hektare.

"Misal dihitung harga terendah saja, katakan lah Rp 15 ribu per kilogram, kan berarti dapat Rp 120 juta. Bayangkan kalau harganya mencapai Rp 20 ribu ke atas," sebutnya.

Hanya saja diakuinya pembudidayaan bawang merah tak mudah karena komoditas ini rentang terserang penyakit. Diperlukan perawatan ekstra dan tindakan cepat serta cepat ketika tanaman mulai terserang penyakit.

(banjarmasinpost.co.id/idda royani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved