BTalk
Dalam BTalk, Musfata Pelatih Karate di Kalsel Ini Sebut Karateka Sangat Menghindari Perkelahian
Menurut anggota FKTI Kalsel yang juga pelatih karate senior, Musfata, makin bertambah ilmu karatenya maka semakin kuat melakukan pengendalian diri.
Penulis: Khairil Rahim | Editor: Alpri Widianjono
Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Di Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan, karate ternyata memperoleh banyak penggemar. Ini terlihat dari munculnya berbagai macam organisasi karate dengan berbagai macam aliran yang dianut oleh pendirinya masing-masing.
Berlatih karate bisa menjadi salah satu aktivitas positif dan sehat bagi masyarakat. Hal itu karena seni bela diri bisa melatih pikiran, tubuh, dan jiwa.
Salah satu karateka senior yang merupakan anggota Federasi Karate Tradisonal Indonesia (FKTI) Kalimantan Selatan ( Kalsel ), Mustafa, mengatakan, karate yang sebenarnya adalah sebagai salah satu bentuk pertahanan diri. Namun, bukan untuk jago-jagoan.
"Karateka sangat menghindari perkelahian. Bahkan saking bertambah ilmu, maka semakin kuat melakukan pengendalian diri," kata karateka Dan V FKTI ini kepada Banjarmasinpost.co.id.
Di organisasi karateka tradisional, ujar pelatih karate Kalsel yang tinggal di Kota Banjarmasin ini, harus dapat memegang teguh sumpah karate yang ada lima. Masing-masing, sanggup menyempurnakan kepribadian, sanggup patuh pada jalur yang benar, sanggup meningkatkan daya juang, sanggup mengutamakan tata hormat, terakhir sanggup mengendalikan diri.
• Danrem 101/Antasari Dukung Fauzan Sang Juara Dunia Karate FKTI, Yudianto : Anggap Saya Bapak Kamu
• Atlitnya Sering Mengharumkan Nama Daerah di Tingkat Dunia, Ini Harapan Pengurus FKTI
• Fauzan Juara Dunia Karate, Ternyata Anggota Majelis FKTI Pusat Tak Kaget
• Ini Harapan FKTI Kalsel Setelah Resmi Bergabung Formi
• FKTI Bergabung dengan Formi, Lantas Selanjutnya?
• FKTI Kalsel Berharap Menjadi Bagian KONI, Ini Alasannya
Sanggup meningkatkan daya juang, merupakan prestasi tertinggi. Jadi, seorang karate tidak hanya mengejar prestasi.
"Begitu juga jika ingin mendapat ilmu karate menjadi sandaran hidup atau mata pencaharian, itu tidak seluruhnya benar," sebut Amang Emo, sapaan akrabnya.
Seorang karateka juga bisa kendalikan diri hindari masalah. Lebih memilih menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah daripada kepalan tangan. Selalu menghindari perkelahian daripada menimbulkan masalah, apalagi mencederai orang lain.
"Kecuali tidak ada jalan terakhir lagi, maka untuk mempertahankan diri, bisa menggunakannya," sebut dia.
Mengenai mengendalikan diri, karateka tidak melakukan hal–hal yang akan berdampak buruk bagi dirinya dan orang lain. Karateka yang dapat menguasai diri, berarti orang yang memiliki tingkat kedewasaan yang matang. Tidak gegabah. Tidak ceroboh. Selalu berpikir sebelum bertindak.
Amang Emoz memiliki pengalaman saat berkompetisi, ketika tampil di nomor kumite, sama-sama emosi.
 
"Saat dilukai ketika tanding, wajar seorang manusia untuk membalas dan mencari menang. Itu ada. Kita memiliki wasit, juri, yang mengingatkan bila berlebihan, maka kita akan kehilangan harga diri. Kontrol sampai titik pukul, tidak boleh bangga menyakiti orang lain," jelas dia.
Itulah sebabnya karate tradisional merupakan jalan hidup yang arahnya tidak ke sport, tapi ada keterkaitan dengan kehidupan santun, pengendalian diri dan daya juang.
Walau prestasi bukan tujuan utama, bukan berarti karateka tradisional tidak memiliki banyak prestasi. Sudah banyak terbukti, karateka tradisional juara hingga ke ajang internasional. Bahkan, Amang Emoz adalah salah satunya.

 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											