Berita HSS
Terima Upah Rp 5.000 Per hari, Perangkai Bunga di Desa Tabihi HSS Tetap Semangat
Warga Kambang Basar (Kambas) di Desa Tabihi, Kecamatan Padang Batung, HSS bertahan dengan mengarang atau merangkai bungka kenanga
Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN- Warga Kambang Basar (Kambas) di Desa Tabihi, Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan masih bertahan dengan usaha mengarang (merangkai) bunga kenanga.
Tiap hari mereka tetap mengarang bunga meski permintaan tak sebanyak menjelang lebaran idul fitri dan idul Adha.
Warga Tabihi, terkenal dengan kampung Kambas tersebut mengarang bunga untuk mengisi waktu luang mereka, sebagai pekerjaan seligan selain pekerjaan utama bercocok tanam padi.
Mereka adalah para perempuan yang mencari penghasilan tambahan keluarga. Seperti dilakukan Fitriyani, Mahriati dan Liyah.
• Kembangkan Kaktus dan Sekulen, Pebisnis Tanaman Hias di Banjarmasin Ini Dapat Omzet Jutaan Rupiah
• Raih Omset Jutaan di Momen Idul Adha, Penjual Kembang Pasar Ujung Murung Akui Pendapatan Menurun
Tiap hari mereka berkumpul di teras rumah melakukan kegiatan mengarang bunga, sejak pukul 09.00 wita sampai pukul 11.00 wita.
Meski pendapatan sehari hanya Rp 5.000 jika mengarang 50 lembar renteng bunga kenanga, mereka tetap bersemangat.
“Dari pada diam, lebih baik mengisi waktu dengan mengarang bunga. Pekerjaaannya juga cuma selingan,”kata Fitriyani, yang rata-rata mengarang 20 lembar rentengan Bungan kenanga sehari.
Satu lembar renteng bunga dia menerima upah Rp 250. Sedangkan pemiliknya menjual Rp 2.000. Fitriyani dan kawan-kawan hanya mengambil upah dari mengarang bunga milik warga setempat.
Berbeda dengan daerah lain yang jenis bunganya beraneka macam, karangan bunga yang dibuat warga setempat hanya kembang kenanga, yang dirangkai di janur (daun kelapa muda).
Menurut Mahriati, pengarang bunga lainnya, penjualan bunga akan ramai menjelang idul fitri, idul adha dan bulan maulid nabi.
Pada saat itu masyarakat banyak yang membeli bunga untuk berziarah ke makam masing-masing keluarga maupun makam para ulama.
• Hajatnya Terkabul, Warga Martapura ini Meletakkan Kembang di Tiang Masjid Agung Al Karomah
Saat permintaan bunga meningkat harga pun bisa lebih mahal, berkisar Rp 5000 sampai Rp 7.500.
Kegiatan mengarang bunga sendiri dilakukan para perempuan setempat secara turun temurun. Sejak kecil para perempuan sudah diajarkan kerajinan tersebut.
Untuk bunga kenanganya sendiri, hampir semua warga menanamnya di pekarangan rumah. Adapun pemasarannya ada yang langsung menjual ke pasar, adapula yang menjual melalui pedagang pengumpul. (banjarmasinpost.co.id/hanani)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/pengarang-bunga-bekerja-merangkai-bunga-kenanga.jpg)