Kota Hilang Sebelimbingan
Pusat Kota Sebelimbingan yang Hilang di Kotabaru, Tambang Batu Bara Belanda Bubar pada 1930
Sempat berjaya pada 1905, lalu kemudian menurun dan terus merugi sehingga pada 1930 perusahaan tambang batu bara Belanda di Sebelimbingan dibubarkan.
Penulis: Herliansyah | Editor: Syaiful Akhyar
Editor: Syaiful Akhyar
BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Masih dikutip dari profil tentang sejarah Sebelimbingan pertambangan di Pulaulaut.
Masih pada tahun 1903, sebuah perusahaan tambang pulaulaut (de steenkolen-maatschppij'poeloe laoet), mengeksploitasi batu bara di Sebelimbingan, Pulaulaut membuat jalan angkut sepanjang 5 kilometer ke pelabuhan Stagen yang berjarak 5 kilometer.
Produksi dari site di pulaulaut sebanyak 80.000 ton pertahun (1905). Pada tahun 1908, kemampuan produksi maksimum tercapai.
Tidak cuma itu, jumlah pegawai kala itu berjumlah 1.500 orang kuli bertambah menjadi 2.300 orang (1910).
Baca juga: Banjir di Kalsel, PPIC Istana Quran Kabupaten Batola Dirikan Dapur Umum
Baca juga: Indonesia Dilanda Bencana, Komisi IV DPR RI Ungkap Kebun dan Tambang Ilegal Capai 17 Juta Hektare
Baca juga: Tim Kesehatan Pangkalan TNI AL Banjarmasin Dirikan Posko Kesehatan, Korban Banjir Alami Gatal-gatal
Seiring zaman itu, pulaulaut menjadi kekuatan ekonomi yang besar, menjadi salah satu tambang batu bara terbesar di seluruh jajahan belanda. Bahkan pada 1912 pertambangan itu menghasilkan 165.000 ton.
Keberhasilan Pulaulaut sebagai eksportir batu bara didukung pula lokasi pelabuhan Stagen. Pelabuhan terletak dalam jalur pengapalan besar-besar yang mudah dan dilalui berbagai macam kapal dari Makasar.
Sebelumnya tahun 1909, setidaknya 3/5 dari hasil tambang di ekspor ke luar negeri antara lain Jerman. Dimana batu bara banyak dipakai oleh perusahaan pelayaran terbesar di Jerman (norddeutscher Lloyd. Bremen).
Pada perang dunia I terdapat 3 tiga perusahaan tambang besar milik eropa yang beroperasi di bidang pertambangan batu bara yakni, perusahaan tambang di pulaulaut dan parapattan baru di sambaiung.
Ketiga perusahaan saling bersaing, baik dalam hal kapasitas produksi, jumlah buruh yang digunakan maupun keuntungan yang diperoleh.
Pada 1919-1922 perusahaan tambang Pulaulaut semakin menurun hingga sampai memperoleh kerugian sebesar 260.000 gulden. Karena terus mengalami kerugian sehingga pada 1930 perusahaan pertambangan dibubarkan.
Hal itu tidak terlepas oleh adanya persaingan dari negara-negara produsen yang lain dipasaran dunia dan tidak menentunya pasaran batu bara.
(Banjarmasinpost.co.id/Helriansyah)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/sebelimbingan-02.jpg)