Berita Tanahbumbu
Selamat dari Longsor Lubang Tambang, Begini Penambang Batubara di Tanbu Berjuang Selamatkan Diri
Tujuh penambang berhasil selamat dari longsor yang menutup lubang tambang. Begini cerita perjuangan mereka selamatkan diri
Penulis: Man Hidayat | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN - Hari ketiga tim gabungan evakuasi, masih terus berupaya menyedot air yang ada diarea tambang manual di KM 33 Desa Mentawakan Mulya kecamatan Mentewe Tanahbumbu (Tanbu).
Ada yang sudah selamat dan masih ada yang terperangkap dalam lorong Tambang Batubara manualan tersebut.
Selamat dari lubang tambang saat insiden longsor pada Minggu (24/1/2021) sekitar pukul 14.30 wita tentu sangat disyukuri oleh para penambang.
Seperti kisah Arbain (50) yang berhasil selamat dari lorong kepungan air dan lumpur di kelompok 7 orang yang berhasil keluar lorong.
Baca juga: Tambang Batu Bara Longsor di Mantewe Tanahbumbu, Basarnas Siap Turuni Terowongan Evakuasi Korban
Baca juga: Lampu Konveyor Tambang, Hanya Ratusan Meter dari Jorong Beach Galam Kabupaten Tala
Baca juga: Polisi Selidiki Penyebab Jebolnya Danau Bekas Tambang Batubara di Desa Paring Guling Tapin
Mereka berhasil keluar setelah 12 jam usai kejadian di siang harinya.
Dia bersama 6 orang lainnya berhasil keluar setelah berjuang beberapa jam dengan lumpur didalam terowongan.
Dia berhasil keluar pada Senin (25/1/2021) pukul 02.00 wita dinihari. Sementara 10 rekan lainnya, tidak tahu nasibnya yang hingga saat ini masih terperangkap dalam terowongan tersebut.
Kisah dramatis itu dia ungkapkan demi berjuang hidup untuk keluar dari terowongan batubara setelah dirinya selamat.
" Alhamdulillah, saya bisa keluar dari terowongan itu. Kami ada 7 orang yang berhasil keluar dan saling bantu untuk keluar," katanya.
Dia menceritakan kejadian tersebut, dimana saat itu, saat mereka bekerja manualan batubara mendengar suara gemuruh.
Hanya beberapa detik setelah itu, datang air bersama lumpur sehingga dia mencari lokasi yang lebih tinggi.
Kejadian pukul 14.30 wita, air bersama lumpur dan batu, masuk dari atas lorong yang jebol.
Saat masih sulit untuk keluar, namun dia sempat melihat cahaya dari luar sekitar 400 meter.
Dengan rasa trauma, lanjut cerita Arbain, cahaya yang sempat terlihat disiang hari itu perlahan hilang. Namun, dia yang masih memegang senter mengingat titik terang karena perlahan hilang dimalam hari dan suasana belum aman.
Hingga akhirnya, sudah tidak ada getaran dan lumpur serta batu tidak lagi bergerak, dia mulai bergerak dengan teman lainnya. Arbain, mencoba menolong temannya sehingga dia paling akhir keluar.