Berita Tanahlaut
Sharing dengan Wabup Tala, Pemilik Pangkalan Minta Ada Data Penerima LPG 3 Kg
Wakil Bupati Tanahlaut sharing dengan pemilik pangkalan terkait melambungnya harga LPG 3 kg di pasaran.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Melambungnya hargaLPG 3 KG atau elpiji melon belakangan ini masih menyisakan misteri.
Pasalnya, beberapa pihak pangkalan yang telah dipanggil Pemkab Tala melalui Tim Monitoring dan Penertiban HET elpiji, Senin malam tadi, menegaskan selalu menaati ketentuan terkait distribusi dan penjualan elpiji 3 kg.
Umumnya juga menyatakan tidak permah melayani permintaan dari luar area distribusi pangkalan.
Semuanya selalu mengutamakan masyarakat sekitar. Begitu pula mengenai HET juga dipatuhi meski dalam perjalanannya umumnya pembeli menggenapkan secara sukarela karena tak bisa menyiapkan uang pas Rp 19 ribu.
• Demi Dapatkan LPG 3 KG, Warga Sungai Pinang Banjar Naik Perahu Tembus Banjir ke Lokasi Operasi Pasar
• LPG 3 Kg Langka, Anggota DPR RI Ini Gelar Operasi Pasar dan Minta PT BAI Layani Masyarakat
• Buka Layanan Aduan BBM dan LPG 3 Kg, Disperindag Tabalong Terima Puluhan Pengaduan
"Saya jadi pangkalan di Desa Kunyit (Kecamatan Bajuin) sejak 2015. Dulu saat awal sempat lancar menjual Rp 19 ribu. Lama-lama saya kesulitan menyiapkan angsulan Rp 1.000," papar Kasmin.
Lalu dirinya meminta masyarakat di kampungnya untuk selanjutnya menyiapkan uang pas Rp 19 ribu. Namun umumnya kesulitan dan akhirnya mereka menggenapkan Rp 20 ribu disertai ucapan ikhlas dan ridho karena nilainya pun dinilai tak seberapa.
Dirinya pun juga meminta keikhlasan dan keridhoan atas penggenapan sukarela tersebut. Meski begitu Kasmin mengatakan kepada masyarakat tetap menegaskan bahwa harga elpiji melon tetap 19 ribu.
"Kalau pas ada pecahan Rp 1.000 untuk angsulan, tetap saya angsuli. Kalau pas tidak ada dan pembeli tak punya uang pas lalu menggenapkan Rp 20 ribu, ya saya terima dengan sama-sama berakad ikhlas dan ridho," paparnya.
Lebih lanjut Kasmin berharap jika pemerintah memiliki data penerima elpiji melon, pihaknya meminta data tersebut agar menjadi lebih mudah menjualnya. Pasalnya selama ini tidak ada data semacam itu karena arahan dari pihak agen berfokus pada penjualan sesuai HET dan dijual kepada warga sekitar di wilayah desa setempat.
"Kadang ada yang datang bermobil beli elpiji melon. Tidak dilayani, susah juga karena menegaskan sebagai warga sekampung," papar Kasmin.
Ada juga yang mengatakan meski dianggap mampu karena punya mobil, lanjutnya, namun dulu saat awal program konversi mitan ke elpiji, juga turut didata dan diberi elpiji melon.
"Lalu berkata kepada kami, dapat tabung elpiji melon dari pemerintah masa tidak boleh membeli," sebutnya.
Kasmin juga mengutarakan kadang ada pembeli yang datang membawa hingga tiga atau lima tabung.
"Saat datang berkata, tabung yang dibawa tersebut milik diri sendiri, milik anak, milik mertua, dan lainnnya," beber Kasmin.
• Penuhi Gas LPG 3 Kg, Disperindag Kabupaten Tabalong dan Pertamina Gelar Operasi Pasar
Dalam hal seperti itu pihak pangkalan mengaku kesulitan jika tidak melayani.
"Kasus demikian kadang memang terjadi. Dan, memang pihak pangkalan juga tidak tahu apakah itu akan dijual lagi atau dipakai sendiri. Kadang memang pebgecer triknya seperti itu. Kemarin kami temukan di wilayah Saranghalang dan ditengarai dijual lagi atau diecer," tandas Plt Kepala Satpol PP dan Damkar Tala HM Faried Widiyatmoko. (Banjarmasinpost.co.id/idda royani)