Vaksin Nusantara

Heboh Uji Klinis Tahap II Vaksin Nusantara, Kemenkes Mengaku Belum Dapat Laporan Uji Praklinis

Namun Kementerian Kesehatan malah mengaku belum mendapat laporan uji praklinis dari vaksin nusantara yang kini berpolemik

shutterstock
Ilustrasi Vaksin.Heboh Uji Klinis Tahap II Vaksin Nusantara, Kemenkes Mengaku Belum Dapat Laporan Uji Praklinis 

Editor : Anjar Wulandari

BANJARMASINPOST.CO.ID - Uji klinis tahap II vaksin nusantara saat ini tengah berpolemik. Namun Kementerian Kesehatan malah mengaku belum mendapat laporan uji praklinis dari vaksin yang digagas mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto.

Hal itu disampaikan Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Andani Eka Putra. Dia mengatakan, Kemenkes belum mendapatkan hasil uji praklinis Vaksin Nusantara.

Menurutnya, hasil uji praklinis tersebut seharusnya didapatkan terlebih dahulu sebelum uji klinis tahap pertama dan tahap kedua.

Baca juga: IDI Dukung BPOM Soal Vaksin Nusantara, Uji Klinis Jangan Abaikan Protokol dan Prosedur Kesehatan

Baca juga: BPOM Lepas Tangan Soal Vaksin Nusantara, Penny Lukito: Saya Sudah Tidak Mau Komentari

"Bagaimana efektivitas jeleknya kita belum biaa nilai karena saya belum dapat uji pra klinisnya," kata Andani dalam diskusi daring, Sabtu (17/4/2021).

"Sebenarnya kita perlu uji pra klinis dulu bagaimana hasilnya baru kita masuk ke uji klinis fase satu, fase dua dan seterusnya," ujar dia.

Andani menjelaskan, Vaksin Nusantara menargetkan pada sel dendritik atau sel guru yang akan memproduksi imun.

ilustrasi vaksin
ilustrasi vaksin (shutterstock)

Ia melanjutkan, konsep dari vaksin itu adalah membuat sel pengingat sehingga pada waktu infeksi virus Covid-19 masuk respons imun lebih kuat dan cepat.

"Sehingga dipresentasikan kepada sel T yang pada akhirnya akan membentuk sel memori. Uniknya pada vaksin dendritik ini darah kita diambil kemudian dipecahkan sel dendritiknya," ucapnya.

Andani menambahkan pengunaan sel dendritik dalam Vaksin Nusantara membutuhkan standar mutu yang harus dijaga ketat.

Berbeda dengan Vaksin Nusantara, kata dia, vaksin corona lain menggunakan virus yang sudah dimatikan lalu diinjeksi ke dalam tubuh untuk mendapatkan imunitas.

"Dilemanya apa, harus ada standar good manufacturing practice, processing bahannya rutin tiap hari, tiap orang diproses sendiri. Artinya standar mutunya harus betul- betul dijaga sangat ketat," ucap dia.

Sebagaimana diketahui, Vaksin Nusantara belakangan menuai kontroversi di masyarakat.

Pasalnya, uji klinik fase kedua vaksin Nusantara tetap dilanjutkan meski belum mendapatkan izin atau Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) dari BPOM.

Sejumlah anggota Komisi IX bahkan menjadi relawan pengembangan vaksin. Sampel darah mereka diambil di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu (14/4/2021).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved