Ekonomi dan bisnis
Tak Kuat Lagi Sewa Toko, Pedagang di Banjarmasin Beralih Buka Lapak Kaki Lima
Terdampak pandemi covid-19, pedagag di Banjarmasin tak mampu bayar sewa toko. Mereka terpaksa buka lapak kaki lima
Penulis: Salmah | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Pandemi Covid-19 membuat sejumlah usaha terpuruk. Daya beli masyarakat menurun sehingga banyak pelaku usaha yang harus putar otak dan tak sedikit yang gulung tikar, meski masih ada yang bertahan walau harus merubah konsep jualan.
Merubah konsep itu antara lain yang dari awalnya berjualan di toko, kemudian harus beralih buka lapak di kaki lima. Mau tak mau harus begitu, supaya asap dapur tetap mengepul.
Sebagaimana Surya, pedagang konveksi antara lain pakaian dalam, sebelumnya ia berjualan di sebuah toko di pusat perbelanjaan, Banjarmasin. Kini ia menggelar dagang di sejumlah pasar kaget atau pasar malam.
"Awalnya bantu saudara menjaga tokonya, setelah punya modal, kami beranikan sewa toko. Beberapa waktu alhamdulillah ada kemajuan. Sampai bisa beli mobil bekas untuk angkut barang dagangan dari rumah ke toko," ceritanya.
Baca juga: Lapak Jualan Diangkut Petugas Gabungan, PKL Pasar Pelaihari Hanya Pasrah
Baca juga: Berjualan di Atas Drainase, PKL di KM 23 Lianganggang Banjarbaru Ditertibkan Satpol PP
Baca juga: Pasca 21 Lapak PKL Pasar Batuah Terbakar, PD Pasar Bauntung Batuah Sebut Kerugian Pedagang
Saat pandemi covid-19 melanda, pasar tak lagi ramai. Pengunjung pasar lebih mengutarakan belanja kebutuhan dapur daripada pakaian apalagi pakaian dalam.
"Sewa toko tetap harus dibayar. Sementara pemasukan tak sebanyak dulu. Pelan tapi pasti, kami kewalahan kejar target untuk bayar sewa dan kebutuhan rumah tangga," tukasnya.
Akhirnya, Surya sepakat dengan istrinya, tak lagi melanjutkan sewa toko. Ia pun mengemasi dagangan, diangkut ke rumah dan mulai jualan online.
Namun itu tak cukup memberi pemasukan, ia pun menyiapkan gerobak untuk jualan di kaki lima.
"Online tetap istri yang layani. Saya jualan di pasar-pasar malam. Tiap hari ada jadwal, jadi sorenya pakai sepeda motor menarik gerobak menuju lokasi pasar hari itu," tukas Surya yang terpaksa menjual mobil untuk menutup kebutuhan hidup dan menambah modal.
Memang melelahkan, namun Surya terus berusaha setiap sore menuju pasar malam. Apalagi barang yang ia jual berangsur ramai dibeli pengunjung pasar malam.
Biaya yang ia keluarkan adalah untuk bayar lapak, kebersihan dan lampu. Meski demikian penghasilan setiap malam masih bisa disisihkan untuk biaya-biaya tersebut.
"Pelan-pelan saya nabung. Ya, semoga saja nanti bisa terkumpul lagi untuk cari sewa an toko," selorohnya.
Hal sama dialami Yana yang juga pernah berjualan di Sentra Antasari. Meski saat itu toko yang disewanya kecil, namun pendapatannya dari berjualan jilbab mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga dan bisa menabung.
"Saya mengawali usaha dengan menjualkan barang dagangan kakak. Jadi, toko saya sewa sendiri, jjilbab kerjasama dengan kakak," ungkapnya.
Beberapa tahun berjalan, Yana yang juga berjualan bersama suami, mampu menyisihkan uang untuk kredit rumah di kawasan Pemurus Dalam.