Kisah Kerajaan Gaib di Kotabaru
Saat Melaut di Malam Hari, Nelayan ini Melihat Bangunan Keraton di Tanjung Dewa Kotabaru
Seorang nelayan di Kotabaru pernah melihat bangunan keraton di Tanjung Dewa saat ia melaut di malam hari
Penulis: Herliansyah | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Sebagian besar masyarakat Kotabaru banyak mendengar kisah keangkeran Tanjung Dewa.
Namun, sampai saat ini belum ada yang tahu persis sejarah tentang daratan menjorok ke laut itu hingga diberi nama Tanjung Dewa.
Entah karena keberadaannya yang penuh misteri, sehingga muncul anggapan Tanjung Dewa adalah sebuah kerajaan gaib.
Penelusuran banjarmasinpost.co.id, beberapa tokoh masyarakat yang ditemui tidak bisa memberikan penjelasan tentang asal muasal nama Tanjung Dewa.
Baca juga: Selain Saranjana, Konon di Kotabaru Ada Kerajaan Gaib Bernama Tanjung Dewa
Baca juga: Berbentuk Pulau di Ujung Kecamatan Kelumpang Selatan Kotabaru, Tanjung Dewa Dikenal Angker
Terlepas dari penelusuran asal muasal Tanjung sebagian besar masyarakat asli Kotabaru tetap menyakini akan keangkerannya, karena tidak jarang ada warga yang melihat hal di luar nalar di Tanjung Dewa.
Liyan, salah seorang warga, mengaku pernah melihat langsung kegaiban itu, terjadi puluhan tahun silam atau sekitar tahun 1975.
"Pada waktu itu aku bersama teman melaut di sekitar Tanjung Dewa. Sekitar tengah malam, saat kawan tidur dengan tidak sengaja aku melihat Tanjung Dewa seperti bangunan keraton," ucapnya.
Menyaksikan keanehan itu ia hanya terdiam, tak lama langsung sakit.
"Tidak lama melihat bangunan mirip keraton, aku pun langsung garing (sakit) saat itu," jelasnya.
Percaya atau tidak tentang keangkeran itu, diyakini Tanjung Dewa sebuah kerajaan gaib yang tidak terlihat dengan mata.
Dia menambahkan, selain cerita tentang keangkerannya, bagi warga keturunan Tionghoa, pada tahun 1960an, Tanjung Dewa dipercaya dapat memberikan keberuntungan.
"Oleh orang Cina yang tinggal di Kotabaru sempat dipercayai Tanjung Dewa bisa mengabulkan keinginan mereka. Seperti bernazar apa saja. Bila nazar kesampaian melepas kambing di Tanjung Dewa," katanya.
Karena tidak sedikit mereka yang bernazar kesampaian, pada tahun 1960an itu banyak warga keturunan bernzar dan melakukan ritual pelepasan kambing.
"Tapi tidak mesti kambing juga. Tergantung apa yang dinazarkan. Kalau ayam ya ayam yang dilepas," katanya.
BANJARMASINPOST.CO.ID/Helriansyah
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/tanjung-dewa_20180112_101109.jpg)