Banjir di Tanahbumbu

Jalan Nasional di Tanbu Jadi Langganan Banjir, Warga Sekapuk Minta Pengerukan dan Relakan Lahan

Warga di Desa Sekapuk meminta pengerukan sungai untuk mengantasi banjir yang merendam jalan nasional. Untuk itu, warga relakan lahan

Penulis: Man Hidayat | Editor: Hari Widodo
AKP Parman untuk BPost
Kondisi banjir di Jalan Nasional Sekapuk Satui, pagi ini 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN -  Untuk kesekian kalinya,  Jalan Raya Nasional di Desa Sekapuk Kecamatan Satui kembali terendam banjir.

Jalan itu teredam sepanjang kurang lebih 200 meter. Dalam kurun waktu setahun, dikabarkan warga sudah sebanyak 3 kali terendam air di 2021 ini. 

Akibat intensitas curah hujan yang tinggali, Jalan ini terendam dari pukul 06.00 wita hingga pukul 11.00 wita. Ketinggian air sekitar setengah meter sehingga cukup berpengaruh pada arus lalu lintas.

Jajaran Satlantas dan Polsek Satui, sempat turun mengatur lalu lintas dan membantu pengendara melintas agar tidak lepas dari badan jalan.

Baca juga: Banjir Kalsel di Tanbu Saat Puncak Kemarau, Begini Analisa Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor

Baca juga: Banjir Kalsel, Jalan Terendam di Sekapuk Satui Tanahbumbu Sepanjang 200 Meter

Bahkan beberapa rumah sempat kemasukan air karena berada diwilayah titik rendah. 

Pantauan banjarmasinpost.co.id dilokasi , pengakuan warga terjadi pendangkalan aliran sungai sehingga rawan terjadi banjir saat air kiriman dari gunung. Sementara sungainya, sudah tidak dalam lagi.

Menurut Badil, banjir yang terjadi sudah sekian kalinya karena aliran sungai sudah tidak normal. Badan sungai sudah terjadi pendangkalan dan alirannya air juga tidak lancar.

" Warga yang dadi langganan  korbanbanjir disini. Sudah sering membahas, namun belum ada penanganan serius. Padahal ini kepentingan orang banyak," sebut Badil.

Menurutnya, sungai perlu dikeruk dan kedalamannya perlu ditambah untuk menghindari terjadinya banjir lagi seperti hari ini.

" Lebar sungai sekitar 3 meteran saja, dari jalan. Ini yang perlu dikeruk atau normalisasi agar daya tampunganya besar. Walaupun nanti banjir, setidaknya tidak seperti sekarang bila sudah dikeruk," ktanya.

Begitu juga dengan Misrani, warga rt 3 Desa Sekapuk ini, mengarapkan pemerintah bergerak karena kejadian banjir sudah berulang kali. 

"Saya relakan tanah saya dibelakang dikeruk demi menghindari banjir ini. Bikin parit atau sungai, saya rela dibelakang asal tidak banjir lagi," katanya.

Sebab, sejauh ini, seperti yang terjadi pagi hingga siang itu, mereka was-was bila lebih tinggi sehingga tidak berani meninggalkan rumah.

" Banjirnya mulai pagi, tapi paling tinggi sekitar jam 9 hingga pukul 11.00 wita. Dan jam 12 sudah kering lagi," katanya. 

Aliran sungai bercabang, namun dianggap tidak lancar. Sehingga air meluap dan mengakibatkan banjir.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved