Ekonomi dan Bisnis
Minyak Goreng Turut Andil Terjadi Inflasi pada November 2021 di Kalsel
Harga minyak goreng yang makin mahal diduga turut andil terjadinya inflasi di Kalsel. Data BPS, pada November 2021 terjadi inflasi sebesar 0,58 persen
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Alpri Widianjono
Dikatakan Imam, harga Tandan buah Segar (TBS) sawit saat ini sangat tinggi. Bahkan sudah menyentuh angka di atas Rp 3.000 per kilogram.
Namun menurutnya, Kalsel adalah lumbung dari TBS yang memiliki lahan kelapa sawit yang luas.
Pihaknya mempertanyakan apakah harga yang melambung tersebut karena keperluan di dunia CPO tinggi, sehingga lebih banyak untuk diekspor daripada dipergunakan untuk minyak goreng.
Dengan tingginya angka crude palm oil (CPO) di pasar dunia, lanjut Imam, menjadi kendala sehingga pabrik-pabrik minyak goreng tidak mampu membelinya karena harga yang mahal.
Memang keperluan di dalam negeri juga banyak. Sesuai jadwal, sudah memasuki B30 dan B50 yang merupakan program pemerintah mewajibkan pencampuran biodesel dan solar yang nantinya menghasilkan produk Biosolar. "Ini juga banyak menyerap TBS," tandas dia.
Baca juga: Dukung Kemajuan Kreativitas Pelaku UKM, Angkasa Pura Buka Gerai UKM Kalsel di Bandara Syamsudin Noor
Baca juga: Festival Antasari, Petani Kabupaten Batola Kalsel Dapat Alat Pemantau Cuaca
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani, juga membenarkan harga minyak goreng curah ini mengalami kenaikan secara bertahap.
"Berdasarkan penjelasan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag RI bahwa hal itu disebabkan naiknya harga bahan baku, yaitu membaiknya harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Sehingga, minyak goreng dalam negeri ikut naik, karena bahan bakunya dari minyak mentah sawit atau CPO," urai dia.
(Banjarmasinpost /Nurholis Huda)