Ekonomi dan Bisnis
Curhat Pengusaha Katering di Banjarbaru Kalsel yang Kebingungan Saat Harga LPG Non Subsidi Melonjak
Pengusaha Katering di Banjarbaru, Kalsel, Yana Owner Yana Snac kini juga merasakan dampak kenaikan LPG non subsidi
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINBPOST.CO.ID, BANJARBARU - Pengusaha Katering di Banjarbaru, Kalsel kini juga merasakan dampak kenaikan LPG non subsidi.
Mereka kebingungan dengan biaya produksi yang kini membengkak seiring dengan kenaikan LPG non subsidi.
Yana Owner Yana Snack diantaranya yang mengaku kebingungan dengan kebijakan naiknya harga gas elpiji non subsidi ini.
"Kami mau mengecilkan ukuran kue juga tidak mungkin. Mengurangi kualitas kue tidak mungkin juga. Karena harga kue ini sudah kompetitif. per Biji Rp 400. Jadi kalau naik orang bakal menjauh tak membeli," kata Yana.
Baca juga: Kenaikan Harga LPG Non subsidi di Kalsel, Pedagang di HSU : Sudah Naik Dua Kali
Baca juga: Harga LPG Non Subsidi Naik, Pelaku Usaha di Batola Sebut Tak Punya Pilihan
Karena itu, pemerintah juga memikirkan solusi kenaikan harga ini karena jika seperti ini UMKM middle class kesulitan.
"Saya tadinya punya sembilan anak buah. Tapi karena Pandemi, dikurangi kini hanya enam orang saja. Masak ini mau memberhentikan karyawan lagi?," tendasnya.
Dia bercerita, sempat ada keinginan mau ganti ke gas 3 Kilogram.
"Tapi gak bisa karena di Banjarbaru sudah gunakan kartu kendali. Jadi pembeli ya itu adalah mereka yang sudah terdaftar di kartu kendali. Jadi sulit," terangnya.
Penjaga Pangkalan Gas 3 Kilogram Dewi Ratih di Sungai Besar Banjarbaru, Muhammad Amin sudah menaikkan harga eceran gas 5,5 kilogram ke harga terbaru Rp 98.000 untuk isi ulang dan Brightgas 12 kilogram Rp 197.000.
Padahal, pada Januari 2022 Pertamina sudah pula menaikkan harga Brightgas dari Rp 75.000 ke Rp 85.000.
Kenaikan ini pun berdampak kepada penjualan makanan. Mereka sudah mulai pikir untuk menaikkan harga.
Tetap jaga harga gas 3 Kilogram tidak naik
Ditengah tren harga Contract Price Aramco (CPA) yang terus meningkat pada bulan Februari mencapai 775 USD/Metrik Ton (MT) atau lebih tinggi 21% dari rata-rata CPA sepanjang tahun 2021 serta kondisi geopolitik yang memanas di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina, Pemerintah dan Pertamina memutuskan tidak menaikkan harga LPG subsidi 3 Kg.
Sebagai informasi, LPG subsidi 3 Kg porsi konsumsinya sekitar 93% dari total konsumsi LPG nasional.
Dikhususkan bagi masyarakat yang kurang mampu, Pemerintah turut andil memberikan subsidi sekitar Rp 11.000 per Kg, sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 Kg dengan harga yang terjangkau.
Baca juga: Harga LPG Non Subsidi Melonjak, Pemilik Warung Sederhana di HST Berharap Tak Berefek ke Stok Subsidi
“Jadi meski tren CPA terus meningkat, LPG subsidi 3 Kg tidak mengalami perubahan harga. Harga LPG subsidi 3 Kg tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.” tegas Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting.
Irto melanjutkan, Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) memastikan penyesuaian harga hanya berlaku untuk LPG non subsidi seperti Bright Gas yang porsi konsumsinya hanya 7%. Penyesuaian harga yang berlaku mulai tanggal 27 Februari 2022 ini juga telah mempertimbangkan kondisi serta kemampuan pasar LPG non subsidi. (banjarmasinpost.co.id/nurholis huda)