Batatamba Banua

Batatamba Banua, Aruh Adat Suku Dayak di Balangan untuk Penyembuhan 

Upacara Batatamba Banua dimaksudkan sebagai bentuk pengobatan atau penyembuhan yang setiap tahun digelar oleh suku dayak di Balangan.

Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti
Balian dan tokoh adat dayak Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan menjalankan aruh batatamba banua, Minggu (6/3/2022). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Berbagai macam jenis sajian tradisional dihidangkan di tengah-tengah tokoh adat dan balian Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalsel. 

Dalam rangkaian ritual Batatamba Banua, para balian dan tokoh adat suku Dayak di Desa Kapul ini, memimpin kegiatan batatamba atau penyembuhan yang diyakini untuk kebaikan masyarakat setempat, Minggu (6/3/2022).

Upacara Batatamba Banua dimaksudkan sebagai bentuk pengobatan atau penyembuhan yang setiap tahun digelar oleh suku dayak di Balangan.

Mereka rutin mengadakan kegiatan sekitar Bulan Maret hingga April yang sudah terjadwal pada beberapa kelompok suku adat dayak di Kecamatan Halong dan Tebingtinggi. 

Baca juga: Aruh Ambatur Suku Dayak Digelar, Begini Suasana Kebersamaan di Desa Kapul Balangan

Baca juga: Lamang, Jadi Sajian Wajib Saat Aruh Adat Suku Dayak di Balangan Digelar

Baca juga: Minyak Dayak Maanyan Warukin Tabalong untuk Pelindung Diri, Dipercaya Bisa Kebal Bila Digunakan

Ketua Adat Dayak di Kecamatan Halong, Gupen menerangkan, Batatamba Banua atau tolak bala dipercaya sebagai budaya yang wajib dijalankan berdasarkan adat istiadat. Dikhawatirkan apabila tidak dilakukan, maka akan menghadirkan hal tidak baik bagi keluarga. 

"Batatamba Banua ini juga bukan hanya untuk kesehatan warga desa, melainkan juga untuk kesuburan tanaman yang menjadi usaha bagi masyarakat," ucap Gupen. 

Dalam prosesnya, berbagai rangkaian digelar pada kegiatan Batatamba Banua ini. Utamanya ialah membaca doa atau penyampaian yang diyakini sebagai bentuk komunikasi dengan alam lain agar tidak memasuki ke alam manusia. 

Komunikasi tersebut dipimpin oleh para balian atau tetua agama, yang bentuk komunikasinya sudah ditentukan dan diajarkan secara turun temurun. Dimana, ritual puncak yang berisikan doa untuk penyembuhan dilakukan pada malam hari. 

(Banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved