Berita Banjarmasin
Dua Hari Mengantre Solar di SPBU, Supir Truk di Banjarmasin Ini Belum Juga Mendapatkannya
Antrean truk untuk mendapatkan solar di SPBU masih mengular di Banjarmasin. Sopir truk ini, dua hari mengantre tak mendapatkan
Penulis: Frans Rumbon | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sulitnya mendapatkan BBM berupa solar di berbagai SPBU, menjadi keluhan para supir truk di seputaran Kalsel khususnya lagi Banjarmasin dalam beberapa waktu ini.
Bahkan para supir yang berhimpun dalam Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kalsel pun sudah beberapa kali menggelar aksi menyampaikan keluhannya.
Meskipun demikian, antrean truk di berbagai SPBU yang ada di Banjarmasin faktanya masih saja mengular hingga Kamis (10/3/2022) sore.
Antrean truk di antaranya terjadi di sebuah SPBU di Jalan Gubernur Soebarjo tepatnya di depan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Basirih.
Baca juga: Polda Kalsel dan Polres Jajaran Turunkan Tim Antisipasi Aktivitas Pelangsir Solar Bersubsidi
Baca juga: Unjuk Rasa di Depan Kantor Pertamina Banjarmasin, Puluhan Sopir Truk Angkutan Ancam Mogok
Baca juga: VIDEO Tumpahan Solar Bikin Pengguna Jalan Berjatuhan di Pelabuhan Lama Banjarmasin
Dari pantauan banjarmasinpost.co.id, ada puluhan antrean truk. Sedangkan aktivitas pengisian BBM untuk truk sudah tidak ada, karena solar sudah habis.
Meskipun demikian, truk masih saja mengantre dengan harapan stok solar di SPBU ini datang dan mereka pun bisa mendapatkan solar.
Salah seorang supir truk yang mengantre, Aulia mengatakan dirinya sudah sekitar dua hari ini berburu solar.
"Tadi malam saya mencoba ke SPBU di Jalan Banua Anyar tapi kata petugasnya sudah habis. Dan hari ini mencoba juga di beberapa SPBU, termasuk di tempat ini dan ternyata informasinya sudah habis," katanya.
Aulia pun mengaku malam ini akan tidur di truknya, dengan harapan besok pagi dirinya pun bisa mendapatkan solarnya.
"Mungkin malam ini menginap, karena sambil menunggu antrean. Mudahan besok pagi ada lagi solarnya, karena informasinya disini kalau datang sekitar 30 ribu liter," katanya.
Selain harus bersabar menunggu antrean, pria asal Amuntai ini pun mengaku banyak biaya yang harus dikeluarkan saat mengantre.
Adapun biaya yang dikeluarkan di antaranya adalah membayar parkir untuk ikut mengantre, di sisi lain harus membayar solar dengan harga lebih tinggi dari yang seharusnya di bayar.
Misalnya harga per liter solar Rp 5.150, maka harga yang dibayar bisa melonjak hingga Rp 6000 per liter dan lain sebagainya.
"Belum lagi untuk ongkos kita makan dan sebagainya. Jadi kadang dikeluhkan teman-teman supir lainnya, uang jatah makan dari kantor habis digunakan untuk mengantre," jelasnya.
Baca juga: Polemik Pelangsir Solar Bersubsidi di Kalsel, Polda Kalsel : Tindak Tegas Tak Pandang Bulu
Lamanya waktu mengantre untuk mendapatkan solar ini pun diakui oleh Aulia sangatlah mengganggu pekerjaannya sebagai seorang supir. Terlebih dirinya merupakan supir yang memuat barang-barang ekspedisi menuju Sampit.
"Kadang jadi bisa terlambat mengantarkan barang, dan ini juga banyak dikeluhkan supir lainnya. Semoga saja nanti tidak sulit lagi mendapatkan solar ini," pungkasnya.(Banjarmasinpost.co.id/Frans Rumbon)
