Ekonomi dan Bisnis
Cerita Pemanen Sawit di Kabupaten Barito Kuala, Harga TBS Naik Tak Berdampak pada Upah
Per hari, 6 hingga 7 orang bisa memanen 2 hingga 3 kebun sawit dengan hasil 5 hingga 6 ton TBS sawit di Kabupaten Batola. Upahnya Rp 400 per kg.
Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang sempat melonjak naik, kemudian berangsur turun, ternyata tidak berdampak pada penghasilan para pemanen.
Hal ini diceritakan Suyono, satu di antara beberapa pekerja yang memanen di perkebunan sawit warga di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Per hari, bersama enam hingga tujuh orang ia bisa memanen dua hingga tiga kebun sawit petani dengan hasil rata-rata lima hingga enam ton.
"Per kilogram dibayar Rp 400. Mulai buah dipanen dari pohon hingga diterima di pinggir jalan," ungkap Suyono. Sabtu (7/5/2022).
Beberapa waktu lalu, saat harga TBS melonjak naik mencapai Rp 3.800 dibeli perusahaan, para petani mengaku senang karena bisa mendapatkan untung berlebih.
Baca juga: Enam Perahu Karet Bantu Antarkan Jemaah Haul Ke-216 Datu Kelampayan di Kabupaten Banjar Kalsel
Baca juga: Video Viral Tumpukan Uang, MUI Kabupaten HSU Imbau Warga Tidak Mengarah pada Kesyirikan
Baca juga: Berenang di Kolam Renang Dewasa, Bocah Tenggelam di Tanuhi Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Namun kondisi tersebut tidak sejalan dengan yang dirasakan para pemanen yang tetap menerima upah seperti biasanya. Malahan, diminta gencar untuk mengejar buah selama harga bertahan tinggi.
Warga Desa Barambai, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola, ini mengaku telah bekerja sebagai pemanen sawit beberapa tahun terakhir. Bahkan sempat merasakan upah Rp 300 per kg saat harga sawit Rp 1.600 per kg.
Sementara itu, diceritakan Aziz, pemanen sawit lainnya, bekerja sebagai kuli panen di kebun ini juga banyak suka dukanya.
"Kalau kondisi kering seperti ini, lebih mudah, motor pengangkut bisa masuk langsung ke dalam kebun. Tapi kalau lagi air dalam, sulit sekali," terang Aziz.
Mereka pun harus berpikir dan perlu menguras tenaga lebih untuk bisa membawa tandanan sawit ke pengangkutan terakhir.
Baca juga: Terjadi Lagi, Dozer Beserta Operator Jatuh ke Laut di Tabanio Kabupaten Tanah Laut Kalsel
Baca juga: Pemprov Kalsel Ikuti Aturan WFH Setelah Cuti Bersama bagi yang Mudik
Saat air dalam, bisanya menggunakan bak yang berasal dari drum plastik untuk ditarik. Jika kawasan panen jauh dari jalan, maka harus menggunakan perahu dan ini menambah biaya lebih lagi.
Meskipun demikian, Aziz beserta kawanannya tetap konsisten menggeluti pekerjaan ini. Bahkan semacam sudah memiliki pelanggan khusus atau pemilik kebun yang memakai jasanya untuk memanen, mengangkut hingga perawatan kebun.
"Alhamdulilah, sudah ada siklusnya. Jadi kalau sudah keliling muter kebun yang biasa dipanen, nanti balik lagi ke kebun awal," pungkas Aziz.
(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri)
