Benteng Keraton Buton
Menengok Benteng Keraton Buton, Terluas di Dunia dan Tetap Kokoh Meski Berusia Ratusan Tahun
Benteng Keraton Buton yang berada di Desa Wisata Limbo Wolio, Kecamatan Murhum,Kota Baubau, Sulawesi Tenggara teryata adalah benteng terluas di dunia
Kemudian, pada masa pemerintahan Sultan Buton IV, yakni Sultan La Elangi yang bergelar Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng tersebut dijadikan bangunan permanen.
Pada masa kejayaan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton Buton memberi pengaruh besar terhadap eksistensi kerajaan. Lebih dari empat abad, keberadaan benteng bisa melindungi Kesultanan Buton dari ancaman musuh.
Selain itu, lokasinya berada di puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng cukup terjal, sehingga menjadikan lokasi ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada zamannya.
Baca juga: Kapal Pengangkut 15 Ribu Domba Tenggelam di Laut Merah, Kerugian Capai Rp54 Miliar
Baca juga: Kronologi Penemuan Mayat Bayi di Selokan, Pelaku Perempuan Muda, Melahirkan di Kamar Mandi
3. Terbuat dari batu kapur
Arsitektur bangunan Benteng Keraton Buton terbilang cukup unik, karena terbuat dari batu kapur atau gamping. Konon, batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir dan kapur sehingga menjadi bangunan benteng.
Tidak seperti benteng pertahanan lainnya, Benteng Keraton Buton dibangun atas inisiatif masyarakat pribumi yaitu pada masa pemerintahan Sultan Buton III, yakni Sultan La Sangaji atau Sultan Kaimuddin.
4. Ada meriam peninggalan Belanda dan Portugis
Terdapat meriam atau badili, di dalam Benteng Keraton Buton. Meriam itu merupakan bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda.
Selain meriam, benteng ini juga mempunyai pintu gerbang atau lawa dan baluara badili atau bastion dudukan meriam (emplasemen).
Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung di sekelilingnya. Terdapat 12 lawa pada Benteng Keraton Buton, yang menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia.
Sementara itu, baluara berasal dari bahasa Portugis yaitu baluer, yang berarti bastion. Baluara dibangun pada 1613, di masa pemerintahan Sultan Buton IV, yakni Sultan La Elangi yang bergelar Sultan Dayanu Ikhsanuddin.
Terdapat 16 baluara, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk berbeda-beda, sesuai dengan kondisi lahan.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Senin 13 Juni 2022 di Alfamart & Indomaret, Ada Amanda, Sania hingga Tropical
Baca juga: Juni-Juli 2022 Ini Masyarakat Bisa Saksikan Tiga Fenomena Langit Langka, Berikut Waktunya
5. Bekas ibu kota Kesultanan Buton
Benteng Keraton Buton merupakan bekas ibu kota Kesultanan Buton. Obyek wisata bersejarah ini, berada di Desa Wisata Limbo Wolio, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Benteng Keraton Buton ini berada pada ketinggian sekitar 100 mdpl, sehingga pengunjung bisa melihat panorama sunrise dan sunset, Kota Baubau dari lokasi keraton. Meskipun usianya sudah ratusan tahun, namun benteng ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.