Krisis Sri Lanka
Presiden Sri Lanka Umumkan Pengunduran Diri, Kediaman Gotabaya Rajapaksa Dikepung Demonstran
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa akan mengundurkan diri ini disampaikan Ketua DPR negara itu, Mahinda Yapa Abeywardena.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Krisis ekonomi di Sri Lanka berujung sejumlah demonstrasi terjadi di beberapa wilayah.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa juga dituntut mundur dianggap tak bisa mengatasi permasalahan ekonomi.
Desakan yang bertubi hingga dikepungnya kediaman resmi akhirnya Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa bersedia mengundurkan diri.
Gotabaya Rajapaksa telah mengumumkan akan mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada 13 Juli 2022.
Pernyataan soal Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa akan mengundurkan diri ini disampaikan Ketua DPR negara itu, Mahinda Yapa Abeywardena.
Baca juga: Penjaringan Hewan Ternak oleh Polres Balangan, Distribusi Sapi Diminta Sertakan SKKH
Baca juga: Iduladha 1443 H, Polda Kalsel Sembelih dan Bagikan Daging 73 Ekor Hewan Kurban
Dikutip dari laman www.adaderana.lk, Minggu (10/7/2022), pengumuman tersebut muncul beberapa jam setelah orang-orang yang menyerukan pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa dan pemerintahannya, menyerbu ke Kediaman Resmi Presiden di Benteng Kolombo pada Sabtu kemarin.
Mereka telah menerobos barikade yang dipasang di jalan masuk ke Rumah Presiden untuk mencapai tempat itu dan mendudukinya.
Dalam pernyataan video yang dirilis beberapa waktu lalu, Abeywardena menyatakan bahwa Gotabaya Rajapaksa telah setuju untuk melaksanakan keputusan yang diambil dalam rapat pimpinan partai politik.
"Para pemimpin partai telah sampai pada keputusan bahwa Presiden dan Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe harus segera mengundurkan diri," kata Abeywardena.
Presiden Gotabaya Rajapaksa telah mengatakan bahwa ia akan meninggalkan posisinya pada 13 Juli mendatang untuk memungkinkan transisi kekuasaan secara damai.
Abeywardena pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang.
Sementara itu, Wickremesinghe telah mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri dari posisinya setelah pemerintahan semua partai terbentuk.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe juga setuju untuk mengundurkan diri.
Ketua Parlemen Sri Lanka Mahinda Abeywardana mengungkapkan presiden telah memutuskan mengundurkan diri untuk memastikan pengalihan kekuasaan yang damai.
“Oleh karena itu saya meminta masyarakat untuk menghormati Undang-Undang untuk nempertahankan perdamaian,” ujarnya dikutip dari BBC.
