Religi
Nilai Pahala Puasa Asyura Diuraikan Ustadz Adi Hidayat, Simak Lafadz Niatnya
Sebentar lagi bulan Zulhijah berakhir dan kita masuk bulanMuharram, Ustadz Adi Hidayat jelaskan nilai Puasa Asyura
Penulis: Mariana | Editor: Irfani Rahman
BANJARMASINPOST.CO.ID - Sekitar sepekan lagi terjadi pergantian Tahun Baru Islam 1444 Hijriyah akan berganti dari bulan Zulhijah dan memasuki bulan Muharram. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan nilai Puasa Asyura.
Dalam sistem kalender Islam, bulan Muharram adalah bulan pertama di antara 12 bulan.
Di bulan Muharram terdapat amalan sunnah yang tidak ditemukan di bulan-bulan lain, yaitu Puasa Asyura.
Puasa Asyura yakni puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram. Puasa ini hukumnya sunnah bagi umat muslim.
Baca juga: Tips Doa Agar Cepat Diijabah Oleh Allah SWT, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Penuhi Kewajiban Ibadah
Baca juga: Doa Ketika Bercermin Dijabarkan Ustadz Khalid Basalamah, Allah Berikan Kecantikan dan Ketampanan
Bagaimana nilai pahala puasa Asyura yang dikerjakan di bulan Muharram?
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan nilai pahala puasa Asyura adalah bisa mengugurkan dosa setahun yang lalu.
"Para ulama berpendapat, dosa yang dimaksudkan adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar yang mengharuskan umat muslim bertaubat sungguh-sungguh," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip dari kanal youtube Adi Hidayat Official.
Ia menjabarkan Nabi Muhammad SAW sewaktu berada di Madinah menyaksikan orang-orang Yahudi melaksanakan ibadah puasa. Nabi SAW pun mengkonfirmasi kebiasaan puasa kaum tersebut yang sesuai dengan tanggal 10 di bulan Muharram.
"Kebiasaan puasa kaum Yahudi itu sesuai dengan tanggal puasa Asyura yang ditunaikan di hari ke-10 di bulan Muharram. Nabi bertanya kepada para sahabat dan kaum Yahudi saat itu, kaum Yahudi menjawab mereka melakukan puasa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada Musa As dan pengikut beliau dari kekejaman Fir'aun laknatullah," terang pendakwah yang disapa UAH.
Kaum Yahudi menyatakan tanggal 10 Muharram adalah waktu yang baik sebab Allah telah menyelamatkan Nabi Musa As dan Bani Israil.
Lantas Rasulullah SAW pun menanggapi, dirinya lebih berhak melestarikan dan menyempurnakan syariat-syariat Nabi Musa.
Baca juga: Keutamaan Shalat Tahajud Dijelaskan Ustadz Abdul Somad, Berikut Tips Cara Membiasakan Bangun Malam
Baca juga: Cara Hitung Zakat Profesi Dijabarkan Buya Yahya, Ringan Aturannya
Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada para sahabat untuk menerapkan puasa sebagai syukur kepada Allah SWT atas perlindingan Allah kepada Nabi Musa dan kaumnya di masa lampau.
Tak hanya saat itu, Nabi SAW juga mencontohkan puasa tersebut rutin dilakukan di tahun-tahun berikutnya yang dikenal dengan puasa Asyura bertepatan 10 Muharram. Hadist ini diriwayatkan Imam Al-Bukhari.
"Hadist ini setidaknya mengkonfirmasi tiga hal yang menjadi keistimewaan serta dapat kita raih hikmahnya, serta dapat melestarikan hukum yang ada di dalamnya, pertama saya lebih berhak melestarikan syariat Nabi Musa, hal ini menunjukkan syariat yang dibawa nabi mulai dari nabi Adam bersumber dari Tuhan yang sama" jelas Ustadz Adi Hidayat.
Syariat itu menimbulkan ketundukkan dan kepatuhan dan menciptakan kedamaian yang disebut Islam. Maka dari itu sejak Nabi Adam As hingga nabi Muhammad SAW membawa risalah yang sama, diin yang sama yaitu syariat Allah SWT.
