Berita Tanahlaut

BBM Sulit Didapat, Nelayan di Tanahlaut Kian Terpuruk akibat Jebloknya Harga Tangkapan

Turunnya harga tangkapan hasil laut membuat nelayan Swarangan semakin sulit mencukupi kebutuhan hidup.

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/roy
SEJUMLAH nelayan Swarangan beraktivitas di dermaga setempat. Saat ini nelayan setempat banyak yang libur melaut akibat sulitnya mencukupi kebutuhan solar. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Intensitas melaut nelayan di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), kini melandai menyusul sulitnya mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).

Kondisi itu kian diperburuk oleh merosot drastisnya harga jual hasil tangkapan melaut.
Penuturan sejumlah nelayan setempat, Rabu (27//7/2022), saat ini harga jual tergolong jeblok karena turun lebih satu kali lipat.

Tangkapan mereka saat ini berupa kepiting.

"Sekarang harga kepiting cuma Rp 40 ribu per kilogramnya. Padahal kalau normalnya Rp 100 ribu, bahkan bisa sampai Rp 150 ribu," sebut Wardiansyah, nelayan Swarangan.

Baca juga: Sulit Cukupi Kebutuhan BBM, Sebagian Nelayan Swarangan Kabupaten Tanahlaut Terpaksa Libur Melaut

Baca juga: Sarana Penunjang Termasuk Hotel Bakal Lengkapi Wisata Gunung Kayangan Tanahlaut

Warga RT 4 ini adalah salah satu anak buah kapal (ABK) yang menggantungkan hidup hanya dari hasil melaut.

Meski belum memiliki anak, namun banyak juga anggota keluarga yang mesti ia cukupi keperluan hidup sehari-harinya.

Jebloknya harga kepiting tersebut langsung berimbas terhadap penghasilannya yang cuma seorang ABK.

Pasalnya, hasil melaut juga mesti dipotong ongkos operasional dan untuk kapal.

Setelah itu barulah upah untuk ABK.

Bahkan kadang pemilik kapal pun mengalah tak mengambil jatah uang kapal karena kasihan dengan ABK.

Pasalnya, kadang setelah disisihkan untuk ongkos operasional, cuma dapat Rp 250-300 ribu.

Baca juga: Sambut Kedatangan 258 Jamaah Haji Tabalong, Wabup Ucapkan Rasa Syukur

Sementara jumlah ABK dalam satu kapal sekitar lima orang.

Wardiansyah mengatakan saat ini benar-benar berada dalam kondisi yang sulit bagi nelayan di kampungnya.

Apalagi melaut juga tak menentu tiap hari lantaran sulitnya pemilik kapal mencukupi keperluan solar.

Ia hanya bisa berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka.

"Harapan kami supaya solar subsidi diperbanyak agar nelayan di kampung kami lancar melautnya," tandasnya.

(banjarmasinpost.co.id/roy)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved