Ekonomi dan Bisnis
Camilan Petah dan Jengkol ala Mama Hani dari Pingaran Kabupaten Banjar yang Disukai Konsumen
Kue petah dan jengkol ala Mama Hani dari Desa Pingaran Ilir, Kabupaten Tanbu, pemasarannya di Martapura hingga hulu sungai, Kalsel.
Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Camilan kue etah dan jengkol ala Mama Hani berada di Desa Pingaran Ilir, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Mama Hani mengaku sudah 20 tahun lebih menggeluti usaha berdagang jengkol di desa tersebut.
Dulunya ikut dengan orangtuanya hingga berkeluarga dan memiliki anak dan cucu sekitar 20 orang.
Sekitar setahun ini, Mama Hani berjualan jengkol di rumahnya. Sebelumnya setiap pukul 10.00 Wita hingga pukul 16.00 Wita berdagang di depan Pasar Bauntung Batuah Martapura.
"Pelanggan saya di Pasar Martapura dari kalangan perias pengantin dari berbagai daerah di kawasan Hulu Sungai, Kalsel," katanya.
Baca juga: Jalur Alternatif di Satui Kabupaten Tanbu Kalsel Ini Tak Bisa Dilalui, Ada Pelebaran Jalan
Baca juga: Longsor Tutup Jalan Mangkiling HST, Akses Pelajar di Pegunungan Meratus ke Sekolah Sulit Dilintasi
Kendati tidak berdagang di Pasar Bauntung Batuah Martapura, Mama Hani tetap dikunjungi pelanggannya di Desa Pingaran Ilir.
Mama Hani mengaku setiap Sabtu dan Minggu, rumahnya itu dipadati pengunjung yang ingin menikmati jengkol rebus dan cocolannya.
Khusus hari Minggu, warung Mama Hani dilengkapi kuliner khas Banjar, yaitu kue petah dan kue kelelepon dan sebagainya.
Jika hari Sabtu, cuma jengkol rebus berbagai ukuran jengkol dari harga Rp 15 ribu per 10 jengkol hingga harga Rp 5000 per 10 biji.
Baca juga: Arab Saudi Hapus Syarat Vaksin Meningitis, Jemaah Umrah Tak Perlu Bayar Rp 800 Ribu
Baca juga: Wisata Kalsel : Usung Tema Glamping, Bangkal Forest Tawarkan Suasana Hutan Alami
Mampu Kuliahkan Anak dan Biayai Sekolah Cucu
Aktivitas Mama Hani berjualan jengkol rebus itu mampu menyekolahkan anaknya hingga meraih gelar sarjana pendidikan serta membiayai cucu yang sekolah menengah kejuruan.
Zakiah, salahsatu cucu Mama Hani setiap pulang sekolah atau libur sekolah membantu memasarkan jengkol rebus Mama Hani.
Mama Hani mengaku cucunya diberi yang setiap hari sebagai upah membantu berjualan Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Ada enam pekerja di warung jengkol Mama Hani. Semuanya merupakan kerabat dekat, anak, keponakan dan cucunya.
Tak hanya itu, Mama Hani mengaku mengajarkan cara memasak jengkol rebus dan membuat cocolan dari kelapa khas Mama Hani.
"Saya ajarkan kepada anak cara merebus jengkol dan membuat cocolan agar mereka memiliki keterampilan saat berumah tangga," katanya.
Usaha jengkol rebus itu kini sudah dilakukan anak lelakinya yang sulung sehingga mampu membeli mobil dan memiliki rumah sendiri.
"Anak saya setiap pekan dua kali mengirim jengkol ke Basarang, Kalimantan Tengah. Kalau ke Sungai Lulut dan Pasar Sudimampir setiap hari dikirim," katanya.
Bahan Jengkol didatangkan dari Kalimantan Tengah
Jengkol ala Mama Hani disukai pelanggan karena tidak beraroma saat dimakan dan di mulut terasa empuk ditambah cocolan yang gurih.
Baca juga: Diikuti Ratusan Alumni, Begini Meriahnya Reuni Akbar Fisip ULM 2022
Baca juga: Kanal Banjir Tertutup Ranting Pohon dan Bambu, BPBD HST dan Dinas LHP Lakukan Pembersihan
"Rahasianya, direbus dua kali dan satu kali rebus itu, jengkol dicuci di Sungai Martapura," kata Mama Hani.
Mama Hani mengaku bahan baku jengkol rebus itu didatangkan dari Kalimantan Tengah, Loksado, Kandangan, dan Mandiangin.
Sedangkan buah kelapa untuk bahan cocolan didatangkan dari Provinsi Kalimantan Tengah.
Untuk kayu bakar merebus jengkol juga didatangkan dari luar Desa Pingaran Ilir.
Mama Hani mengaku setiap hari merebus jengkol 50 kilogram dan 150 biji buah kelapa untuk bahan cocolan atau warga lokal menyebut lala'an.Aktivitas merebus jengkol dan memasak santan buah kelapa di samping dan halaman rumahnya di Desa Pingaran Ilir.
(Banjarmasinpost.co.id/Mukhtar Wahid)
