Manusia Purba
Mengejutkan Manusia Purba Juga Jago Memasak, Dari Analisis Sisa Makanan Berusia 12.000 Tahun
Tenyata para manusia purba jago memasak berbagai makanan, ini diketahui dari analisis makanan kuno yang ditemukan di gua tempat mereka dulu tinggal
Banyak penelitian tentang pola makan prasejarah, yang selama ini berfokus pada apakah mereka pemakan daging atau tidak.
Temuan ini pun menjadi bukti kalau mereka tak hanya mengunyah daging, melainkan makan makanan yang variatif tergantung di mana mereka tinggal.
Teknik memasak kreatif seperti itu pernah dianggap muncul hanya dengan pergeseran dari gaya hidup pemburu pengumpul ke pertanian, yang dikenal sebagai transisi Neolitik. Itu terjadi antara 6000 hingga 10.000 tahun yang lalu.
"Pemahaman ilmiah tentang pola makan Neanderthal telah berubah secara signifikan, bahwa mereka hanya mengonsumsi hewan buruan dalam jumlah besar," kata John McNabb, profesor di Pusat Arkeologi Asa Usul Manusia di University of Southampton di Inggris.
Baca juga: Manager Toko di Virginia Amerika Serikat Lepaskan Tembakan Membabi Buta, 6 Orang Dikabarkan Tewas
Baca juga: 6.000 Personil Gabungan Masih Cari Korban Gempa Cianjur, BNPB : 271 Orang Meninggal, 40 Warga Hilang
Baca juga: Siap-siap Pendaftaran CPNS 2023 Akan Dibuka, Ini Kata Kementerian PAN-RB
Sebuah studi terpisah tentang diet prasejarah dengan menganalisis mikroba mulut manusia purba, juga berhasil mengidentifikasi tren diet dan teknik memasak.
Para peneliti yang dipimpin oleh Andrea Quagliariello, seorang peneliti pascadoktoral dalam bidang biomedis dan makanan komparatif di University of Padua di Italia, memeriksa mikrobioma oral dari 76 orang yang hidup di Italia prasejarah selama 30.000 tahun, serta sisa-sisa makanan mikroskopis yang ditemukan di plak terkalsifikasi.
Quagliariello dan timnya mampu mengidentifikasi tren dalam diet dan teknik memasak, seperti pengenalan fermentasi dan susu, serta peralihan ke ketergantungan yang lebih besar pada karbohidrat yang diasosiasikan dengan pola makan berbasis pertanian.
Ini menjadi hal yang mengesankan, karena para peneliti dapat memetakan perubahan dalam jangka waktu yang begitu lama.
“Apa yang juga dilakukan penelitian ini adalah mendukung gagasan yang berkembang, bahwa Neolitik bukanlah kedatangan tiba-tiba dari praktik subsisten dan budaya baru, seperti yang pernah dianggap sebelumnya. Tampaknya transisinya lebih lambat, ” tambah McNabb, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Sumber : Kompas.com
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post