Berita Tanahlaut

Warga Kandanganlama Tanahlaut Sebut Oprit Gorong-gorong Runtuh Terdampak Tambang

dampak nyata akibat kegiatan tambang di Desa Kandanganlama Tala yakni kerusakan goorong-gorong di jalur jalan poros menuju lahan usaha tani.

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/roy
Inilah kondisi salah satu sisi oprit gorong-gorong di jalan Padang Tuhu di lingkungan RT 7 Desa Kandanganlama yang mulai runtuh. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Aktivitas pertambangan batu bara di Desa Kandanganlama, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), dikeluhkan kalangan warga setempat.

Pasalnya menurut mereka dampak negatif kini mulai terjadi.

Kalangan warga setempat, Senin (5/12/2022), menuturkan dampak paling nyata yang saat ini terjadi yakni kerusakan goorong-gorong di jalur jalan poros menuju lahan usaha tani di lingkungan RT 7.

Pantauan di lokasi, gorong-gorong tersebut mulai retak.

Sedangkan salah satu sisi opritnya telah runtuh hingga hampir ke tengah badan jalan setempat dan memunculkan lubang menganga yang melebar di bagian bawah.

Baca juga: Tambang Masuk ke Kandanganlama Kabupaten Tanahlaut, Kades Sebut Pencaker Lokal Banyak Terserap

Baca juga: Penolakan Tambang Mencuat di Kandanganlama, Petinggi DPRD Tanahlaut Tegaskan Ini

Runtuhnya oprit tersebut mereka sebut terjadi sekitar empat atau lima hari yang lalu.

"Sekali kali saja terjadi hujan deras, pasti runtuh semua bentang opritnya," sebut Utun, warga Kandanganlama.

Apa penyebabnya? "Terkena arus air hujan yang mengalir begitu kuat dari arah Barat (kebun sawit). Sejak adanya tambang, penambang bikin saluran-saluran sehingga sekarang kalau hujan deras airnya sangat berlimpah," sebut Doloisyah, warga Kandanganlama.

Akhirnya, gorong-gorong tersebut tak mampu menampung banyaknya air hujan sehingga kemudian meluap ke badan jalan di sekitar tempat tersebut.

"Sejak adanya tambang sekitar lima bulan lalu, kalau hujan deras pasti jalan di sekitar gorong-gorong itu banjir," tandasnya.

Ketinggian genangan, sebut Doloisyah, hingga setinggi paha orang dewasa.
Bentang panjang badan jalan setempat yang kebanjiran sekitar 20-30 meter dan biasanya berlangsung selama sehari.

Kondisi tersebut praktis menyebabkan aktivitas warga terganggu.

"Saat banjir otomatis warga susah menuju kebun, kendaraan tak bisa lewat," timpal dua tokoh warga Kandanganlama, Amang Yuni dan Darman.

"Dulu sebelum ada tambang, biar pun hujan deras, jalan di sekitar gorong-gorong itu tidak pernah banjir," papar Doloisyah diiyakan warga Kandanganlama lainnya.

Karena itu mereka sejak awal tak setuju adanya penambang batu bara masuk ke Kandanganlama.

"Kami menolak tambang," ucap Doloisyah diiyakan Utun, Amang Yuni, Darman, dan sejumlah warga lainnya.

Warga di kampungnya terpecah dua menyikapi masuknya perusahaan tamban batu bara, ada yang setuju dan ada yang menolak.

Namun dikatakannya, warga yang menolak jauh lebih banyak.

Ketua RT 7 Mustafa menuturkan jalan di sekitar gorong-gorong tersebut memang kerap kebanjiran belakangan ini ketika terjadi hujan deras.

"Itu namanya Jalan Padang Tuhu. Merupakan jalan penting bagi warga di RT 7 maupun dari RT lainnya yang punya kebun di jalur jalan itu karena sering kena banjir," sebutnya.

Jumlah kepala keluarga (KK) di RT 7 dikatakannya sekitar 60 orang.
Seluruhnya adalah petani dan tiap hari selalu melewati Jalan Padang Tuhu tersebut.

Ada yang berkebun sawit, karet, jagung, dan lainnya.

Baca juga: Hari Disabilitas Internasional 2022, Anak Berkebutuhan Khusus Tampilkan Karya Seni di Banjarbaru

Baca juga: Dimulai dari Jam 8 Pagi hingga 12 Siang, Pasar Rakyat UMKM Digelar di Pusat Kuliner Marabahan

Jarak titik rawan banjir tersebut dari muara jalan poros desa sekitar dua kilometer.

Jalan Padang Tuhu tersebut tembus ke kawasan Sanipah (arah pesisir laut Jawa), jaraknya sekitar empat kilometer.

Pada Hari Minggu sore kemarin, Dolisyah, Uyun, Amang Yuni, Darman dan puluhan warga lainnya bersama Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kisworo Dwi Cahyono mengecek gorong-gorong yang rusak tersebut.

Kehadiran Bang Kis begitu sapaan akrab Kisworo ke Kandanganlama merupakan tindaklanjut pendampingan yang dilakukan saat perwakilan warga Kandanganlama yang menolak tambang menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di DPRD Tala, pekan silam.

Sekitar satu jam lelaki berambut gondrong itu bersama beberapa pengurus Walhi Kalsel lainnya mencermati kondisi faktual di lapangan, lokasi yang disebut warga Kandanganlama terdampak tambang yakni di sekitar gorong-gorong yang mulai mengalami kerusakan parah.

Lokasi tersebut berdekatan dengan lokasi tambang batu bara. Jaraknya sekitar 100-an meter.

(banjarmasinpost.co.id/roy)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved