Religi
Keutamaan Shalat Dhuha Rutin Ditunaikan, Ustadz Adi Hidayat Sebut Dapat Selamat dari Musibah
Ustadz Adi Hidayat keutamaan rutin menunaikan Shalat Dhuha, simak juga waktu menunaikan Shalat Dhuha
Penulis: Mariana | Editor: Irfani Rahman
Selanjutnya di kala tiba waktu syuruq menunaikan shalat dua rakaat, maka mendapatkan pahala yang senilai atau setara ibadah haji dan umrah.
"Apa di antara pahala senilai haji dan umrah itu? Berpeluang mendapati surga dan rahmat Allah SWT, berpeluang mengubah perilaku jadi lebih baik," urainya.
Waktu awal Dhuha atau syuruq diperkirakan misalnya waktu subuh adalah 04.30, maka awal syuruq sekitar pukul 05.30.
Selanjutnya pertengahan Dhuha berlangsung sekitar pukul 7.30-08.00 sampai matahari mulai naik sekitar 10.30.
"Awal Dhuha bilangannya dua rakaat, pertengahan Dhuha bisa sampai empat rakaat, manfaatnya adalah dimaksudkan pengganti dzikir dari seluruh tubuh, dari pikiran, mata, telinga, hingga ujung kaki," ucapnya.
Dzikir anggota tubuh mengingat Allah dengan cara menggunakan semua fungsi tubuh pada yang dikehendaki Allah. Misalnya dzikir mata adalah melihat yang baik-baik menurut Allah ketika melihat yang tidak baik maka keluar dari jalur dzikir.
Baca juga: Mendapat Rahmat Allah Sebab Bertaubat, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Motivasi Amal Shaleh Meningkat
Baca juga: Kekeliruan Wanita Muslim Dijelaskan Ustadz Khalid Basalamah, Menggantungkan Gambar-gambar di Rumah
Kemuliaan shalat Dhuha salah satunya dapat menjaga umat muslim dari musibah umum, misalnya banjir ada satu rumah yang harus volume air juga tinggi namun air selalu turun.
Berikutnya akhir Dhuha, waktu pelaksanaannya dari 10.30 hingga menjelang tibanya adzan zhuhur.
"Bilangannya bisa dua sampai delapan rakaat, tunaikan per dua rakaat bisa pula per empat rakaat," jelas UAH.
Di antara fadhilahnya bisa memudahkan limpahan rezeki. Namun bukan narik kemudahan rezeki sebagai motif atau modus untuk shalat Dhuha.
Jika ada yang demikian kemungkinan kurang berkahnya, Ustadz Adi Hidayat pun mengimbau mengerjakan amal ibadah hanya karena Allah SWT.
"Shalat Dhuha afdholnya dikerjakan sendiri, namun di zaman Rasulullah SAW, ketika Nabi SAW shalat Dhuha kemudian kemudian datang beberapa orang dan bermakmum, Nabi SAW pun tetap melanjutkan, itulah yang menjadi landasan ulama shalat Dhuha boleh berjamaah dalam kondisi tertentu," paparnya.
Kondisi tertentu yang dimaksud adalah dalam rangka mengajarkan siswa atau santri, boleh anak-anak itu jadi makmum dan ustadz jadi imamnya, begitu pula misalnya Ayah ingin melatih Dhuha kepada anak dan istri untuk membiasakan dilatih berjamaah dulu.
Tonton Videonya
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post